Penyebaran COVID-19 Semakin Rendah, Rupiah Menguat

Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Reno Esnir

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat pada perdagangan Rabu, 10 Maret 2021. Rupiah masih bergerak di level atas Rp14.400 per dolar AS namun posisinya lebih kuat dibanding kemarin.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mematok nilai tengah rupiah hari ini di level Rp14.421 per dolar AS. Menguat dari level kemarin Rp14.468 per dolar AS.

Di pasar spot, hingga pukul 10.00 WIB, rupiah terus bergerak menguat hingga di level Rp14.384 per dolar AS. Menguat 0,50 persen dari level pembukaan perdagangan pagi tadi Rp14.457.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menganggap sentimen positif pelaku pasar keuangan ini tidak tidak terlepas dari pengaruh semakin rendahnya penyebaran COVID-19.

Baca juga: Libur Nyepi dan Isra Miraj, Menaker Minta Pekerja Jangan Keluar Kota

"Dalam dua pekan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro mulai 23 Februari-8 Maret 2021, kasus harian COVID-19 di DKI Jakarta  cenderung menurun," tutur dia dikutip dari analisisnya hari ini.

Selain itu, dia melanjutkan, Pemerintah juga kembali memperpanjang PPKM mikro mulai 8-22 Maret mendatang untuk mengantisipasi lonjakan kasus di masa libur panjang hari keagamaan Isra Miraj dan Nyepi.

Meski demikian, dia menilai, kondisi ini masih diikuti dengan rendahnya pergerakan ekonomi. Ditandai dengan indeks penjualan riil Bank Indonesia yang berada di 182. Turun 4,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

"Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ditengarai menjadi penyebab rendahnya permintaan yang membuat penjualan ritel lesu," ungkap dia.

Di sisi lain, dia menjelaskan sentimen positif juga dipengaruhi dari faktor eksternal di mana pemerintah AS telah mendapat restu dari senat dan parlemen AS untuk menggelontorkan stimulus ekonomi sebesar US$1,9 triliun dalam menghadapi COVID-19.

"Paket tersebut akan menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendorong pemulihan ekonomi AS yang sangat kuat, menambahkan bahwa ada alat untuk menangani inflasi," papar dia.