Pandemi COVID-19, Neraca Dagang RI 2020 Surplus US$21,74 Miliar
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Neraca Perdagangan Indonesia pada Desember 2020 kembali surplus mencapai US$2,10 miliar. Neraca ekspor impor itu tercatat jauh lebih baik dari posisi Desember 2019 yang mengalami defisit US$78 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto, mengatakan, kembali surplusnya neraca perdagangan tersebut karena nilai ekspor bulan itu sebesar US$16,54 miliar. Sementara itu, nilai impor tercatat lebih rendah, mencapai US$14,44 miliar.
Selain itu, nilai total ekspor naik 8,39 persen dibanding bulan sebelumnya, begitu juga dibanding tahun sebelumnya meningkat 14,63 persen. Untuk impor naik 14 persen, sedangkan dibanding tahun lalu turun 0,47 persen.
Baca juga: Kadin Indonesia Usul Swasta Diberi Akses Vaksinasi Mandiri Karyawan
"Penyebab utama surplus yang sumbang lumayan besar adalah lemak dan minyak hewan nabati, kemudian bahan bakar mineral dan satu lagi besi dan baja," kata Suhariyanto saat telekonferensi, Jumat, 15 Januari 2021.
Suhariyanto menjabarkan, berdasarkan sektornya, neraca perdagangan minyak dan gas bumi atau migas pada bulan itu defisit US$463 juta. Sementara itu, sektor nonmigas, tercatat surplus sebesar US$2,56 miliar.
Adapun berdasarkan jenis barang di sektor migas, dia mengatakan, hasil minyak masih menyumbang defisit terbesar, mencapai US$795,4 juta. Sementara itu, minyak mentah mengalami surplus US$96 juta, sedangkan gas mengalami surplus US$236,4 juta.
Dengan begitu, secara kumulatif Neraca Perdagangan Indonesia sepanjang Januari-Desember 2020 masih mampu surplus sebesar US$21,74 miliar, meskipun pandemi COVID-19 melanda. Jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama pada 2019 mengalami defisit US$3,59 miliar.
Ekspor sepanjang tahun itu tercatat mampu mencapai US$163,3 miliar, sedangkan total keseluruhan impor sepanjang tahun itu mencapai US$141,56 miliar. Kondisi itu ditopang surplus di sektor nonmigas US$27,68 miliar.
"Seiring dengan naiknya permintaan komoditas dari negara-negara tujuan utama kemudian ada peningkatan harga berbagai komoditas dan dibarengi dengan kesehatan di Indonesia," tutur Suhariyanto.