Jack Ma Menghilang, Dahlan Cerita Masalah Pajak Fan Bingbing
- Instagram/@alibaba.group
VIVA – Pendiri Alibaba Group, Jack Ma, dikabarkan telah hilang selama 2 bulan. Belum diketahui secara pasti, di mana keberadaan orang yang sempat masuk dalam jajaran orang terkaya dunia itu.
Banyak yang mengira Jack Ma ditahan. Sebab, pria 56 tahun itu sempat menyindir Pemerintah China. Khususnya regulasi keuangan di China yang menghambat inovasi sehingga perlu direformasi untuk mendorong pertumbuhan.
Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, pun mengaku sempat menanyakan soal isu itu kepada temannya di Tiongkok, apakah betul Jack Ma ditahan. Namun, koleganya menilai tidak.
"Saya rasa tidak," begitu jawaban rekan Dahlan seperti dilansir dari Disway.id, Selasa, 5 Januari 2020.
Banyak orang tidak tahu di mana keberadaan Jack Ma yang seperti hilang ditelan bumi sejak Oktober lalu. Hal misterius inilah yang menimbulkan spekulasi bahwa dia ditahan.
"Mungkin saja Jack Ma memang tidak ditahan. Mungkin saja ia lagi menahan diri. Istilahnya: lagi tiarap, agar tidak lagi heboh yang hanya akan semakin menyulitkan dirinya," tulis Dahlan.
Tak hanya itu, Dahlan pun bercerita bahwa banyak pula pengusaha yang memilih sikap tiarap seperti itu di Tiongkok. Namun ada pula yang memang ditahan.
Salah satunya, dia mencontohkan, adalah Fan Bingbing yang memang ditahan. Fan dianggap menggelapkan pajak yang besarnya sampai sekitar Rp2,5 triliun.
"Caranya Fan Bingbing punya dua jenis kontrak. Baik sebagai bintang film, bintang tv maupun sebagai penyanyi," kata dia.
Dahlan menceritakan, ada kontrak yang sesungguhnya sesuai dengan tarifnya. Lalu ada pula kontrak 'pura-pura' yang dilaporkan kepada petugas pajak yang nilainya jauh lebih kecil. Termasuk, lanjut Dahlan, saat Fan Bingbing main film di Hongkongwood dan Hollywood.
"Akhirnya Fan Bingbing dilepas. Menjadi orang bebas lagi. Tentu ia harus membayar kekurangan pajak yang sekitar Rp2,5 triliun. Betapa kaya artis Fan Bingbing ini tapi dia memilih menyelamatkan masa depan dengan cara menyelesaikan pajaknya," ungkap dia.
Fan memang sulit untuk mengelak dari tuduhan itu karena yang melaporkannya kepada pihak yang berwajib adalah tokoh selebriti terkenal juga.
Lain cerita dengan konglomerat Tiongkok yang lari ke Amerika Serikat yaitu Guo Wen Gui. Dahlan menjelaskan bahwa Wen Gui awalnya mendapat proyek infrastruktur pemerintah China terkait sarana Olimpiade Beijing, lalu dia menjadi konglomerat.
"Ketika akan diusut ia lari. Sudah sangat banyak uangnya yang ditempatkan di luar neger. Di Amerika Wen Gui menjadi musuh negara. Ia bergabung dengan aktivis anti Tiongkok dan melakukan perlawanan tiada henti. Termasuk membangun perusahaan media: khusus untuk memproduksi berita yang memojokkan Tiongkok," ungkap Dahlan.
Selain itu, Dahlan juga bercerita soal konglomerat yang lebih besar dari Wen Gui yang juga bermasalah. Dia adalah Wang Jian yang memiliki perusahaan penerbangan raksasa, Hainan Airlines. Dia meninggal di Prancis dua tahun lalu, karena jatuh ke jurang saat rekreasi di sana.
"Terlalu banyak contoh berbagai model penyelesaian masalah di kalangan businessman di Tiongkok. Lalu, cara manakah yang dipilih Jack Ma? Cara Fan Bingbing, cara Guo Wen Gui, atau model Jack Ma sendiri," ucap Dahlan.
Hingga kini jawaban itu masih misteri. Jack Ma masih hilang secara misterius setelah ia mengkritik pemerintah China. Bisnis Ma pun digoyang. Beijing memerintahkan perusahaan teknologi keuangan Ma, Ant Group, untuk mengurangi operasinya. (ase)