Pandemi COVID-19, Belanja Ritel Masyarakat Membaik di Akhir Tahun
- Freepik/rawpixel.com
VIVA – Mandiri Institue mengungkapkan nilai belanja masyarakat dan tingkat kunjungan ritel serta restoran menunjukkan tren pemulihan sejak November 2020 di tengah pandemi COVID-19 saat ini. Hal ini terlihat dari kajian serta live monitoring sektor ritel dan restoran yang dilakukan.
Menurut Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono, tren pemulihan konsumsi berhubungan dengan perilaku psikologi masyarakat. Terutama terkait normalisasi risiko setelah adanya pengetatan aktivitas.
Teguh menjabarkan, tren pemulihan belanja masyarakat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, kebijakan pembatasan sosial, persepsi masyarakat mengenai COVID-19 dan perilaku normalisasi risiko.
Baca juga: Pahala Jadi Wamen, Dahlan Iskan Sebut Orang Baik Berkumpul di BUMN
"Sebab dari yang kami amati, tidak lama setelah pelonggaran kebijakan pembatasan sosial, selalu akan diikuti dengan lonjakan aktivitas. Seperti kunjungan ke pusat belanja atau restoran,” ujar Teguh Yudo dikutip dari keterangannya, Rabu, 30 Desember 2020.
Menurutnya, kunjungan ke pusat belanja di awal Desember, telah mencapai 70 persen dari kondisi normal. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kunjungan di November yang mencapai 66 persen.
Sejalan dengan perilaku normalisasi risiko, tingkat kunjungan di November ini meningkat signifikan dibanding tingkat kunjungan di Oktober yang mencapai 55 persen. Diketahui, pada masa itu merupakan periode awal berakhirnya PSBB II.
Kemudian, untuk tingkat kunjungan ke restoran di awal Desember 2020, tercatat sebesar 74 persen dari kondisi normal. Angka ini relatif rendah bila dibandingkan dengan tingkat kunjungan di November yang sebesar 84 persen.
Mandiri Institute, kataTeguh, melihat adanya siklus stop and go pada pola belanja masyarakat yang dipengaruhi oleh adaptasi perilaku masyarakat terhadap kondisi penyebaran COVID-19. Tantangan terbesar saat ini adalah upaya yang konsisten dalam meningkatkan kewaspadaan dan penegakan protokol kesehatan selama periode normalisasi risiko.
"Sampai tingkat penularan virus dapat ditekan dan tahapan vaksinasi dapat dilakukan dengan baik,” kata Yudo. (ase)