Mentan Bakal Terapkan Artificial Intelligence di Sektor Pertanian
VIVA – Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menilai, sumber daya manusia atau SDM di sektor pertanian nasional sebenarnya saat ini sudah sangat mumpuni dan siap bersaing dengan negara-negara lainnya.
Karena itu, Syahrul menegaskan bahwa aspek lain yang juga harus lebih diperkuat guna bersinergi dengan kualitas SDM di sektor pertanian itu, adalah menerapkan sains, riset, dan teknologi yang lebih tepat dalam sektor pertanian.
"Artinya, kualitas intervensi dalam teknologi (di sektor pertanian) menjadi sangat penting," kata Syahrul dalam telekonferensi, Senin, 30 November 2020.
Syahrul menegaskan, intervensi guna mempercepat penerapan sains dan teknologi di sektor pertanian benar-benar harus segera dilakukan oleh Kementerian Pertanian dan para stakeholder terkait lainnya. Sebab, dengan adanya climate change atau perubahan iklim global yang menyebabkan ketidakstabilan iklim atau musim, maka terobosan sains dan teknologi sangat dibutuhkan guna mengatasinya.
"Dengan adanya climate change dan ketiba-tibaan dari cuaca, (penerapan sains dan teknologi) tidak bisa lagi kita abaikan sementara kita hanya bisa mengandalkan air terus-menerus datang dari langit saja," ujarnya.
Karenanya, sektor pertanian nasional saat ini butuh intervensi dari aspek artificial intelligence (kecerdasan buatan), seperti misalnya dengan pengamatan dari citra satelit yang resolusinya lebih dekat, pengendalian melalui agregat global warm, atau dengan sistem-sistem digital lainnya. "Itu mutlak harus dilakukan," kata Syahrul.
Guna mendukung penetrasi aspek sains dan teknologi di sektor pertanian tersebut, Syahrul menegaskan bahwa sekolah-sekolah pertanian mutlak harus ditambah lebih banyak lagi dari yang sudah ada saat ini. Apalagi, hal itu sebenarnya juga didukung dengan adanya potensi dari aspek bonus demografi, yang dimiliki Indonesia ke depannya.
Meskipun di satu sisi Syahrul juga mempertanyakan bahwa apakah penerapan ilmu pertanian oleh para dosen di perguruan tinggi saat ini, sudah sampai pada tahap pendekatan-pendekatan baru.
"Seperti misalnya soal artificial intelligence, mengendalikan by internet optic, apakah hal-hal tersebut sudah masuk ke dalam kurikulum pendidikan?" kata Syahrul.
Sebagai orang yang mengaku lebih banyak berfokus pada kerja-kerja lapangan, Syahrul berharap adanya korelasi kuat antara materi-materi ilmu pertanian yang diajarkan perguruan tinggi dengan fenomena sektor pertanian yang ada di lapangan saat ini.
Guna mewujudkannya, Syahrul memastikan bahwa 2021 mendatang Kementerian Pertanian akan menjalin kerja sama dengan lebih banyak perguruan tinggi. Hal itu guna menyelaraskan materi pengajaran di bidang pertanian, dengan fakta dan berbagai kebutuhan akan kondisi faktual pada sektor pertanian di lapangan.
"Jadi istilahnya itu, kalau mau mengajar orang berenang, tidak usah pakai teori di dalam kelas. Langsung ceburkan di sungai saja biar dia bisa berenang, tapi tetap didampingi sama-sama," kata Syahrul.
"Saya akan terapkan itu di tahun depan, untuk bekerja sama dengan para perguruan tinggi yang mau, dan kita intervensi dengan cara-cara baru yang memungkinkan," ujarnya.
Baca juga: Mentan Jamin Stok 12 Bahan Pangan Ini Aman hingga Akhir 2020