China Konsumen Terbesar Porang RI, tapi Diekspor Lewat Vietnam
- VIVA.co.id/Nur Faishal
VIVA – Komoditas tanaman Porang asal Sumatera Utara laris manis di pasar internasional. Balai Besar Karantina Pertanian Belawan mencatat pada 2020, ekspor porang terus meningkat drastis dan mencapai 701 ton dengan nilai barang Rp18,6 miliar.
Porang ini diekspor ke China, Thailand, dan Vietnam melalui Pelabuhan Belawan, Kota Medan. Jadi, porang menjadi salah satu komoditas pangan andalan dari Sumatera Utara. Karena, pertumbuhan pengiriman porang ke luar negeri terus meningkat dibanding pada 2019, sebanyak 8,8 ton dengan nilai barang Rp93 juta.
Baca juga: Diego Maradona Tutup Usia, Harta Warisannya Mengejutkan
"Porang kita diekspor sampai saat ini, sudah mencapai Rp18,6 miliar. Ini menjadi produk salah satu alternatif ekspor," ungkap Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Belawan, Hasrul, kepada wartawan di Medan, Kamis 26 November 2020.
Hasrul menjelaskan, ekspor meningkat tapi belum disertai dengan produksi porang yang baik. Karena, di Sumut hanya memiliki ribuan pohon porang, yang tersebar di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padang Sidempuan.
"Yang terbesar itu, di Tapanuli Selatan, Padang Sidempuan baru ditanam 6 ribu pohon saja," ungkap Hasrul.
Porang dari Indonesia, termasuk di Sumut paling banyak diekspor ke Vietman. Hasrul mengatakan, dari negara itu akan kembali diekspor ke China. Dengan ini, ia mengungkapkan ada manajemen produksi yang salah.
"Porang ada di Sumut didominasi Vietnam. Hampir seluruh porang-porang di Indonesia masuknya ke Vietnam. Kenapa begitu?. Negara tujuan dan negara terakhir adalah China," tutur Hasrul.
Hasrul mengakui konsumsi terbesar pangan tersebut adalah China. Namun, memenuhi kebutuhan yang besar diimpor dari Vietnam yang berasal dari Indonesia.
"Artinya, ada masalah itu. Kenapa kita tidak bisa langsung. Apakah porang kita tidak bagus? Bagus lah," ujar Hasrul.
Dengan itu, ia menyarankan kepada para petani dan pelaku usaha porang untuk melakukan perencanaan dan manajemen produksi porang dengan baik. Sehingga, ekspor porang bisa langsung ke China. Meski sebagian porang dari Sumut sudah tembus ke China.
"Buat perencanaan yang bagus. Dari proses penanaman, setelah panenannya. Kemudian, pengelolaannya. Semua itu harus dibuat sehingga itu produk-produk pangan sehingga dijamin kualitas dan mutu yang baik. Karena, persyaratan dari logam dan besi itu sulit," kata Hasrul.
Ia menambahkan, untuk menjemur porang setelah dipanen itu, juga menjadi kendala dengan kualitas produk dihasilkan. Jadinya, harus ada manajemen pertanian yang baik untuk dibina oleh pemerintah daerah kepada petani.
"Karena menjemur porang itu, sangat sulit. Bahan-bahan makan-makan itu, basah ke kering melekat. China itu, memiliki alat logam dan besi. Itu yang dilarang," jelas Hasrul.
Porang atau dikenal juga dengan nama iles-iles adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Manfaat porang ini banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, selain juga untuk pembuatan lem dan 'jelly' yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke Jepang.
Umbi porang banyak mengandung glucomannan berbentuk tepung. Glucomannan merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai aditif makanan sebagai emulsifier dan pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang, demikian dilansir laman resmi Kementerian Pertanian.