DPR Dukung Holding Pariwisata dan Pemisahan Anak Usaha BUMN
VIVA – Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Evita Nursanty mendukung rencana pemerintah untuk membentuk empat klaster dalam Holding Pariwisata. Pemisahan anak usaha BUMN seperti Garuda, Pertamina, Pegadaian, dan lainnya yang terkait pariwisata masuk ke dalam sistem holding ini juga didukung.
Menurut Evita, langkah ini akan membuat BUMN semakin kompetitif dan menjadi institusi bisnis yang efisien sebagai pemain dunia. Selain itu, akan membuat industri pariwisata Indonesia semakin maju, baik dari sisi pengembangan destinasi maupun pemasarannya.
Baca juga: 15 Negara Ikut Perjanjian Dagang, Mendag: RI Tak Banjir Impor
Hal itu karena adanya dukungan dari berbagai pemangku industri. Seperti, airport, airlines, aviasi hingga logistik.
“Pembentukan empat klaster dalam Holding Pariwisata ini sudah bagus, nama yang dipilih tepat yaitu pariwisata, begitu juga langkah konkret untuk memisahkan anak usaha BUMN, seperti anak usaha Garuda itu, termasuk juga nanti yang ada di Pertamina, Pegadaian dan lainnya," ujar Evita dikutip dari keterangannya, Rabu 11 November 2020.
Dia menjelaskan, anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk yang dipisah yaitu Aerowisata, Garuda Indonesia Holiday France dimasukkan ke Klaster Manajemen Destinasi; kemudian Gapura Angkasa, Aerowisata Catering Service, Strategic Business Unit Garuda Indonesia Cargo, Garuda Maintenance Facility Aeroasia, Aero Express masuk Klaster Service Aviasi dan Logistik.
Garuda Indonesia menjadi anggota dari Holding Pariwisata, dan masuk Klaster Airlines bersama Pelita Air Service.
"(Holding Pariwisata bagus) Karena ini sudah runyam sejak lama memang harus dibenahi, dikonsolidasikan. Demi bangkitnya industri, dan mendorong terciptanya daya saing yang tinggi, serta BUMN fokus pada core business-nya,” kata Evita.
Hanya saja, menurut Evita, perlu dijelaskan pola hubungan klaster-klaster ini, mana induk dalam klaster atau apakah itu masuknya subholding mana anggotanya. Sebab, publik masih bingung terkait hubungan holding, klaster maupun rencana pembentukan subholding, termasuk bagaimana komposisi saham induk maupun anak.
Kenapa misalnya ada anak usaha yang 'naik tingkat', sedangkan yang lain tetap jadi anak. Apalagi yang terlibat misalnya di klaster Manajemen Destinasi yang melibatkan banyak anak usaha. Sehingga tata ulangnya harus makin baik karena melibatkan banyak anak usaha yang mungkin selama ini sudah merasa nyaman dengan posisinya.
Evita sepakat bahwa BUMN induk tetap memiliki lebih dari 50 persen saham pada perusahaan anak eks BUMN. Hal itu dikatakan agar negara tetap memiliki kontrol.
“Ingat ini holding bukan merger, dan bahwa misi penting dari Holding Pariwisata ini adalah terbangunnya ekosistem bisnis yang sehat, serta membawa bendera Indonesia ke dunia,” lanjut Evita.
Evita juga yakin pembentukan Holding Pariwisata ini bisa menjalankan peran pioneering bisnis terkait pariwisata di destinasi, yang selama ini sangat dihindari pihak pebisnis swasta, dan sekaligus mendorong keberpihakan kepada UMKM dan masyarakat sekitar.
Serta menjadi pelopor dalam hal standar baru dari sisi kualitas dan daya saing tinggi. Jangan juga kemudian setelah dikonsolidasikan malah merambah ke bisnis lain yang tidak terkait hospitality.
“Jadi tidak akan terjadi seperti kekhawatiran banyak pihak bahwa Holding Pariwisata ini akan menyulitkan pebisnis swasta. Justru akan terjadi pro pembangunan destinasi dalam konteks perintisan usaha pariwisata, dan pro kepada efisiensi yang menguntungkan bagi masyarakat atau konsumen maupun bagi dunia usaha lainnya,” ungkapnya.
“Tapi betul kita harus tetap ingatkan, misalnya jangan sampai Angkasa Pura hanya memberikan privilege kepada Garuda atau Pelita Air Service, tapi maskapai lain juga,” sambung Evita.
Seperti diketahui, Kementerian BUMN berencana membentuk Holding Pariwisata melalui dua tahap. Tahap pertama dilakukan pada kuartal IV-2020, yaitu inbreng dengan tujuh BUMN di dalamnya.
Ketujuh BUMN itu adalah, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC, Taman Wisata Candi (TWC), Inna Hotels & Resorts, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, PT Garuda Indonesia, serta PT Sarinah.
Selanjutnya pada restrukturisasi portofolio yang bakal dilaksanakan pada 2021-2022 akan dibagi ke dalam beberapa klaster. Yaitu Klaster Airport yang meliputi Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II. Kemudian Klaster Manajemen Destinasi yang menggabungkan ITDC, TWC, Hotel Inna, Aerowisata, dan Garuda Indonesia Holiday France.
Lalu, Klaster Airlines, diisi oleh Garuda Indonesia dan Pelita Air Service. Kemudian, Klaster Aviasi dan Logistik, yaitu Gapura, Angkasa Pura Solusi, GMF Indonesia, Garuda Indonesia Kargo, Angkasa Pura Kargo, Aero Express, Angkasa Pura Supports, Aerofood ACS, dan Sarinah.