Resesi Ekonomi, Pemerintah Klaim RI Bergerak Menuju Pemulihan
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Tenaga Ahli Utama Kedeputian III Kantor Staf Presiden (KSP), Edy Priyono, menyatakan Indonesia sudah melampaui titik terendah pertumbuhan ekonomi, dan mulai beranjak maju. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 sudah secara resmi dikatakan negatif, namun terjadi penguatan atau lebih kecil dibandingkan kuartal sebelumnya.
Menurut dia, berkaca perbandingan dengan negara lain kontraksi ekonomi Indonesia masih lebih baik dibanding Singapura dan Meksiko yang mencatatkan minus di atas 5 persen.
“Berikutnya, yang juga sangat penting adalah apa yang harus kita lakukan?," kata Edy lewat siaran pers Kantor Staf Presiden, Kamis 5 November 2020.
“Kalau melihat perbandingan tersebut, pertumbuhan Indonesia cukup baik. Terpenting adalah, pertumbuhan kita di kuartal III-2020 lebih baik daripada kuartal II-2020, sehingga menunjukkan bahwa secara bertahap kita bergerak menuju pemulihan ekonomi,” sambungnya.
Baca juga: Habiburokhman Pastikan Habib Rizieq Pulang Tak Ada Masalah Hukum
Edy mengatakan, Badan Pusat Statistik sendiri mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 terkontraksi hingga minus 3,49 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dengan artian Indonesia resmi masuk dalam jurang resesi secara teknikal. Namun, angka itu disebut lebih membaik dibandingkan kuartal II yang minus 5,32 persen.
Perbaikan itu, klaim dia, lantaran injeksi yang dilakukan pemerintah melalui dana pemulihan ekonomi nasional atau dikenal PEN. Ke depan dipastikan belanja pemerintah bakal terus digeber untuk mengatasi masa pandemi COVID-19 yang membuat sejumlah aktivitas ekonomi menurun.
"Fakta ini menjadi catatan positif karena sesuai dengan prinsip 'counter cyclical', artinya ketika perekonomian lesu, belanja pemerintah menjadi andalan untuk mendorong perekonomian,” ujar Edy.
Edy menyebut, pemerintah jor-joran dalam hal belanja selama perekonomian belum sepenuhnya pulih. Di sisi lain, ia juga menegaskan, program pemerintah di bidang kesehatan menjadi prioritas untuk mengendalikan wabah.
Selain itu pemerintah menjamin perlindungan sosial, meningkatkan angka kesembuhan, menekan angka kematian dan menjaga dunia usaha tetap bisa bergerak. Di samping itu, kelompok menengah-atas perlu terus didorong untuk meningkatkan konsumsinya.
“Selama ini mereka diduga banyak menempatkan uangnya sebagai tabungan. Pemerintah perlu mendukung dengan menegakkan aturan tentang protokol kesehatan COVID. Karena kelompok menengah-atas hanya akan mau keluar dan berbelanja (secara fisik) jika merasa aman,” imbuh Edy. (ren)