Perusahaan Farmasi RI Masuk Kandidat 7 Produsen Vaksin COVID-19 Dunia

Petugas melakukan pemeriksaan visual vaksin manual sebelum pengemasan di laboratorium milik PT Bio Farma, Bandung, Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA – Perusahaan farmasi milik BUMN, PT Bio Farma, dipercaya oleh Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) sebagai salah satu dari tujuh kandidat untuk memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19 dunia, jika lulus uji tuntas atau due dilligence.

CEPI merupakan kemitraan antarpemerintah, lembaga swasta, filantropi, dan masyarakat madani yang fokus mengembangkan vaksin serta mengantisipasi dan mencegah pandemi. Lembaga nonprofit internasional itu bermarkas di Oslo, Norwegia.

Pengamat BUMN Toto Pranoto menganggap wajar Bio Farma masuk dalam daftar calon produsen vaksin COVID-19 dunia. Sebab, Bio Farma merupakan perusahaan vaksin yang sudah berpengalaman lebih dari seratus tahun.

Baca: 4 Vaksin Paling Potensial untuk COVID-19

Jika Bio Farma berhasil terpilih untuk memasok kebutuhan vaksin COVID-19 dunia internasional, menurutnya, itu akan menjadi momentum yang tepat untuk menjadikan holding farmasi Indonesia sebagai salah satu pemain vaksin kelas dunia.

Selama ini, Toto menilai, Bio Farma merupakan perusahaan pembuat vaksin dan antisera terbesar di Indonesia. Di kancah internasional, Bio Farma juga menyokong kebutuhan dua pertiga kebutuhan vaksin dunia dan telah dipercaya oleh Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk pengadaan vaksin halal.

“Bio Farma punya jaringan internasional yang kuat dan sangat terkenal buat vaksin penyakit tropis. Mereka (Bio Farma) juga punya jaringan ekspor ke puluhan negara serta dipercaya OKI terkait vaksin halal,” kata Toto, Kamis, 1 Oktober 2020.

Kini CEPI sedang meninjau kapabilitas dan kapasitas Bio Farma dalam memproduksi vaksin COVID-19. Dalam peninjauan, CEPI memeriksa kualitas dan sistem produksi vaksin Bio Farma, sistem analisis laboratorium, hingga sistem teknologi informasinya.

"Anak perusahaan anggota holding seperti Kimia Farma (KAEF), Indofarma (INAF), dan Phapros bisa menjadi industri pendukung yang kuat dengan spesialisasi masing-masing," ujarnya.