Curhat Pengusaha Truk, Angkut Barang dari Pelabuhan Bisa Puluhan Jam
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) mengungkapkan dampak dari semakin lamanya proses bongkar muat di Indonesia saat ini. Proses itu membuat produktivitas bisnis truk tidak optimal.
Ketua Umum Aptrindo, Gemilang Tarigan mengungkapkan saat ini produktivitas bisnis truk Indonesia hanya terserap 50 persen. Sebab, lama waktu operasi hanya dihabiskan untuk proses perizinan bongkar muat.
Padahal di industri jasa truk sendiri, katanya, hanya membutuhkan tiga siklus atau proses bisnis. Yakni berawal dari titik bongkar muat di pelabuhan, titik perjalanan dan titik pabrik sebagai tujuan pengantaran.
Baca juga: Tantangan Bisnis Logistik, Asosiasi: Antar-Pemerintah Berkompetisi
"Selebihnya kalau kita lihat tiga titik ini memang masih jauh dari harapan kita. Di mana kita selalu menunggu dokumen menunggu muat barang," kata Gemilang dalam diskusi secara virtual, Kamis, 24 September 2020.
Menurut dia, proses bisnis logistik yang ada saat ini lebih buruk dari waktu-waktu sebelumnya. Sebab, siklus logistik truk tadi bisa dilakukan hanya dalam waktu delapan jam saja, sedangkan saat ini sampai 20 jam.
"Kalau dulu kita bandingkan angkut barang dari pelabuhan sampai kembali ke garasi cukup satu round time 8 jam. Tapi saat ini sampai 20 jam kita harus berputar selesaikan round time," ungkap dia.
Menyikapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah telah merespons kondisi itu dengan menciptakan Ekosistem Logistik Nasional.
Melalui itu, proses bisnis logistik tidak lagi melalui aturan yang tumpang tindih antar kementerian dan lembaga. Sehingga, waktu bongkar muat bisa dipercepat dan biayanya lebih efisien.
"Satu online berbasis web bisa memberikan keuntungan efisiensi hingga Rp975 miliar. Jadi ini tolong dari asosiasi bisa monitoring kalau tidak sesuai manfaat efisiensi yang kita harapkan asosiasi bisa sampaikan kekurangan dan kesalahannya," tuturnya. (ren)