Sandiaga Ungkap Cara Jitu Tangani Masalah Ekonomi Terdampak Corona
- Mohammad Yudha Prasetya/VIVAnews
VIVA – Founder OK OCE Indonesia, Sandiaga Uno mengungkapkan, dampak pandemi Virus Corona atau COVID-19 terus melemahkan perekonomian nasional saat ini. Termasuk, sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), khususnya bidang pertanian.
Keluhan tersebut, menurut Sandiaga, salah satunya seperti yang diungkapkan Sumariati, petani tomat dan bawang asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTT). Sumariati mengeluhkan nasib ribuan petani tomat dan bawang di daerah itu kini merugi karena harganya turun.
Menurutnya, masalah yang kini dialami masyarakat harus dihadapi dengan kepala dingin. Pelaku usaha diharapkannya tidak saling menyalahkan, tetapi bijak menghadapi masalah lewat sistem perdagangan yang sederhana, terbuka dan berkeadilan. Sistem tersebut disebutnya Kegerus yaitu Keroyok, Gerilya, dan Urai satu-satu.
Baca juga: Luhut: Resesi Bukan Akhir dari Segalanya
"Keroyok, kita harus mampu menyelesaikan masalah ini, selesaikan dengan satu konsep distribusi sederhana, terbuka dan berkeadilan," ujar Sandi dalam Webinar bersama OK OCE Indonesia dan Agricon Indonesia bertajuk 'Strategi Bisnis Pertanian di Tengah Pandemi bagi UMKM' dikutip Minggu, 30 Agustus 2020.
Selain itu, Sandi berharap adanya inovasi dan sinkronisasi dari para pelaku usaha. Misal, petani tidak lagi menjual komoditas mentah ke pasar, tetapi mengolah hasil panennya terlebih dahulu guna meningkatkan nilai ekonomis produknya.
Langkah tersebut disampaikannya seperti yang dilakukan Imel, pemilik sambal kemasan merek Bu Kribo. Sambal yang semula merupakan pelengkap makanan khas tradisional diangkat potensinya dengan dikemas secara khusus.
"Mungkin sambal bisa diolah menjadi sambal taliwang, adanya ghost kitchen bisa bekerja sama dengan petani di Lombok Timur," katanya.
Lebih lanjut, menurut Sandiaga, inovasi dan pengembangan bisnis yang dilakukan UMKM dapat membangun ketahanan pangan dari lingkup keluarga.
"Kita jangan sampai ketinggalan zaman, ayo bergerak ke pangan hadirkan inovasi pangan dari hulu ke hilir," kata Sandi.
Langkah tersebut dijelaskan Sandi merujuk fakta yang menyebutkan Indonesia merupakan negara yang sangat rentan pada harga pangan, imbas impor yang cukup tinggi. Jumlah impor Indonesia tercatat sebesar 50 persen dari kebutuhan nasional. "Tanah kita subur, petani kita rajin sekali. Kita harus hadirkan ketahanan pangan," kata Sandi.
"Dengan pandemi ini kita harus mengkonsumsi berbasis needs (kebutuhan), yang tadinya berbasis wants (permintaan)," ujar Sandi.