Pulihkan Bisnis Terdampak Corona, Hal Ini Harus Jadi Prioritas
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVA – Upaya pemulihan ekonomi yang dihantam pandemi Virus Corona atau COVID-19 ditegaskan harus menekankan konsep yang berkelanjutan. Tak terkecuali, di lingkup perusahaan agar lebih peduli kelestarian lingkungan dan sumber daya.
Berdasarkan laporan lembaga riset Nielsen bertajuk 'The Evolution of The Sustainability Mindset', ada tren cukup besar perusahaan di dunia berkomitmen dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung konsep keberlanjutan. Komitmen tersebut harus diperkuat dalam upaya pemulihan bisnis saat ini.
Riset tersebut menempatkan perusahaan utamanya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia menduduki peringkat teratas dalam prospek keberlanjutan yang dicanangkan PBB. Sebanyak 76 persen perusahaan Asia Tenggara yang disurvei percaya bahwa mereka memiliki peran penting itu.
Baca juga: Klaim JHT Jamsostek Naik Selama Corona, Kebanyakan karena Resign
Chief Sustainability Officer DBS Bank, Mikkel Larsen sepakat dengan hal tersebut. Konsep strategi bisnis berkelanjutan pun kini telah diterapkan.
"Kami telah memulai dengan adanya mandat CEO board tentang keberlanjutan, karena kami secara mendasar yakin, inilah hal benar yang harus dilakukan," ujar Mikkel dalam diskusi secara virtual bertajuk Restart and Rebuild After Crisis, Rabu, 26 Agustus 2020.
Mikkel menjelaskan, kesadaran atas konsep keberlanjutan saat ini telah menjadi tuntutan yang tak bisa diabaikan. Bahkan, investor pun dinilai kian peduli dengan bisnis berkelanjutan dalam menentukan investasinya.
Data Global Impact Investment Report, telah terjadi peningkatan dampak investasi dari US$119 miliar pada 2016 menjadi US$502 miliar pada 2019. Hal tersebut terjadi salah satunya karena penerapan konsep itu.
"Secara internal kami telah melakukan bisnis keberlanjutan secara benar dan ternyata menjadi kebutuhan bisnis," ujarnya.
Selain itu, menurutnya, di berbagai negara di Asia Tenggara seperti Singapura, pemerintahnya juga pro aktif dalam mendorong berbagai kebijakan untuk pelaku bisnis menerapkan konsep keberlanjutan.
"Di Singapura ada permintaan agenda green sangat kuat, karbon tax, saya tahu hal serupa juga terjadi, termasuk penerapan (pada bisnis) bank dan korporasi," kata dia.
Karena itu, dia berpendapat, Indonesia dengan berbagai kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayatinya, juga perlu lebih didorong agar bisa terlibat dalam upaya keberlanjutan itu.
"Pandemi COVID-19 ini, telah memberikan tekanan negara berkembang atau emerging market, mereka harus mempersiapkan perlindungan masyarakat," ujarnya.