APBN Semester I-2020 Tekor, Sri Mulyani: Persentasenya di Bawah 2016
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali memaparkan kondisi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara hingga akhir Juni atau Semester I-2020. Defisit pada periode itu lebih baik dari periode yang sama pada 2016.
Sri mengatakan, meski dalam situasi tekanan ekonomi akibat wabah COVID-19, realisasi defisit APBN pada periode itu terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 1,57 persen, sedangkan pada Semester I-2016 sebesar 1,82 persen.
"Kalau dibandingkan 2016, dari sisi persentase terhadap PDB lebih rendah, artinya APBN kita sampai semester I di 2016 sudah pernah mengalami defisit hingga 1,82 persen," kata dia saat konferensi pers, Senin, 20 Juli 2020.
Akan tetap, jika dibandingkan secara nominal, tekornya APBN di bawah pengelolaan Bambang Brodjonegoro itu hanya sebesar Rp230,7 triliun sedangkan pada masa Sri tersebut mencapai Rp257,8 triliun.
Menurut Sri, yang membedakan kondisi defisit tersebut terletak pada kondisi sepanjang tahun masing-masing, sebab pada 2016 defisit mampu ditekan pada Semester II nya sedangkan pada tahun ini sebaliknya.
"Bedanya dengan 2016 dilakukan konsolidasi sehingga defisit terkendali. Di tahun ini akan melebar karena Semester II kita lihat belanja-belanja meningkat seiring kebutuhan penanganan COVID-19," tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Sebagai informasi, pada tahun ini pemerintah menargetkan defisit APBN mencapai 6,34 persen dari PDB, sesuai Perpres 72 Tahun 2020. Tekornya APBN pada 2020 ditargetkan mencapai Rp1.039,2 triliun.
Itu karena pemerintah berusaha mencegah jatuhnya perekonomian sehingga belanja negara digencarkan untuk memberikan stimulus ekonomi dengan potensi penerimaan negara yang sangat rendah. (ren)