Erick Thohir Ungkap 4 BUMN Butuh Suntikan Modal, Bagaimana Kondisinya?

Foto areal ruas jalan gerbang barat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Minggu, 24 Februari 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

VIVA – Ada empat perusahaan pelat merah yang membutuhkan Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2020 ini. Demikian ungkap Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir, dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR hari ini.

Salah satunya adalah PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Perusahaan itu membutuhkan dana Rp1,5 triliun untuk penyaluran program PNM Mekaar. "Yakni untuk disalurkan kepada sekitar 6,6 juta lebih nasabah Mekaar di tahun 2020 ini," kata Erick di Gedung DPR Senayan.

Menurut Erick, penyaluran pinjaman PNM Mekaar ini rencananya akan digulirkan kepada para pelaku UMKM, dengan kisaran nominal pinjaman antara Rp4 juta sampai Rp20 juta. Dengan pinjaman tanpa agunan itu, Erick berharap para nasabah UMKM itu nantinya akan bisa bertahan dalam menjalankan usahanya, di tengah kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini.

BUMN kedua, lanjut Erick, adalah PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia, yang memerlukan suntikan PMN mencapai sebesar Rp6 triliun. Dana itu nantinya akan digunakan untuk melaksanakan Program Ekonomi Nasional (PEN), dengan memberikan penjaminan kredit modal kerja baru bagi UMKM melalui Askrindo dan Jamkrindo.

Kemudian, BUMN ketiga adalah PT ITDC, yang butuh PNM sebesar Rp500 miliar untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur dasar dan fasilitas penunjang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

"Jadi selain PMN, ITDC ini dalam catatan kami juga mendapat pinjaman jangka panjang selama 32 tahun dengan bunga kompetitif, dari AIIB," kata Erick.

Terakhir yang keempat, adalah PT Hutama Karya yang butuh PMN Rp7,5 triliun, untuk melanjutkan pembangunan proyek Jalan Tol Trans Sumatra.

Rinciannya, sebanyak Rp4,3 triliun untuk ruas Pekanbaru-Padang (seksi Pekanbaru-Pangkalan), dan Rp3,2 triliun sisanya untuk ruas Simpang Indralaya-Muara Enim.

"Jadi dari kebutuhan itu, penting sekali bagi kita membangun pendukung aspek logistik, khususnya untuk menjaga kesenjangan ekonomi di daerah lain seperti misalnya di Sumatra. Jadi nantinya tidak hanya bertumpu di Jawa saja," lanjut Menteri BUMN..