Bahan Tambang Ini Jadi Sumber Listrik Masa Depan
- ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
VIVA – Seiring bertambahnya jumlah industri di dunia, membuat kebutuhan akan energi juga terus meningkat. Para peneliti sibuk mencari sumber energi, yang bisa digunakan di masa depan tanpa khawatir jumlahnya akan habis dalam waktu singkat.
Salah satu penemuan terbaru, yakni mengenai mineral perovskite. Bahan tambang ini disebut mampu menjawab masalah krisis energi, terutama bagi negara-negara tropis, seperti Indonesia.
Baca juga: Dikira Asteroid, Ternyata Roket China Tubruk Bumi Sampai Hancur
Mineral perovskite bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pemanfaatan pembangkit berbasis tenaga surya. Bahan tersebut memiliki tingkat efisiensi penyerapan matahari maupun fleksibilitas biaya, lebih tinggi dari panel Photovoltaic (PV) yang berbasis kristal silikon.
Bicara soal efisiensi, dikutip dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kamis 14 Mei 2020, riset terbaru yang dilakukan oleh Universitas Oxford pada 2018 menunjukkan bahwa pemanfaatan perovskite bisa mencapai 25 persen. Bahkan, pada Desember 2018 bisa mencapai 28 persen.
Menurut International Energy Agency (IEA), pada 2018 tenaga surya telah menyediakan sekitar 592 Giga Watt atau 2,2 persen dari pemakaian tenaga listrik dunia. Setelah maraknya pemasangan PV, angkanya naik menjadi 100 Giga Watt atau 20 persen dari total pemakaian di dunia.
Sebagai informasi, perovkite masuk sebagai rare earth elements (REE), yang senyawa kimianya disebut Kalsium Titanium Oksida atau dengan rumus kimia CaTiO3.
Bahan ini pertama kali ditemukan ditemukan di sekitar Pegunungan Urals, Rusia, oleh Gustav Rose pada 1839, yang kemudian dilakukan penelitian lanjut oleh Victor Goldschmidt pada 1926. Pengembangan perovkite sebagai sumber energi masa depan, sudah dimulai sejak 2012.
***
Meski disebut-sebut menjadi sumber energi di masa yang akan datang, namun proses pengembangan perovkite masih membutuhkan waktu yang lama. Batubara masih menjadi salah satu solusi, agar lampu rumah tetap menyala dan jalanan bisa terang.
Bicara soal batubara, PT Petrosea Tbk (PTRO) berhasil menjaga kinerja keuangannya pada kuartal pertama 2020, dengan mencatatkan kenaikan laba sebesar 36,25 persen menjadi US$4,21 juta, dari US$3,09 juta pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, total pendapatan Perusahaan turun 10,06 persen secara year-on-year, dari US$115,15 juta menjadi US$103,57 juta.
Kontribusi lini bisnis kontrak pertambangan mencapai US$60,24 juta atau 58,16 persen terhadap total pendapatan Perusahaan, yang didorong oleh aktivitas pengupasan lapisan tanah penutup dan produksi batubara.
Total produksi batubara mencapai 7,63 juta ton, naik 6,27 persen dibandingkan tahun lalu. Sedangkan, total pengupasan lapisan tanah penutup mencapai 27,12 juta BCM, turun 4,99 persen dibandingkan 28,64 juta BCM pada kuartal pertama 2019.
“Lini bisnis rekayasa dan konstruksi berkontribusi US$23,25 juta atau 22,45 persen dari total pendapatan perusahaan, yang didorong oleh beberapa proyek untuk PT Freeport Indonesia. Kontribusi dari Petrosea Logistics and Supply Services mencapai US$18,99 juta, yang sebagian besar diperoleh dari PT Kuala Pelabuhan Indonesia serta aktivitas Petrosea Offshore Supply Base di Sorong,” ujar Presiden Direktur Petrosea, Hanifa Indradjaya.