Hipotesa Said Didu soal Jiwasraya yang Mendadak Kena 'Stroke'
- VIVA.co.id/Lilis Khalis
VIVA – Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu menilai, ada yang aneh dari kasus perusahaan pelat merah PT Asuransi Jiwasraya. Itu lantaran perusahaan tersebut mengalami ‘sakit parah’ dalam waktu singkat.
Said Didu mengunggah sebuah video ke akun YouTube dengan judul 'Ungkap Modus Perampokan di Jiwasraya', dan sudah ditonton mencapai 1.284 kali. Dia bilang, suatu perusahaan yang sangat sehat, tiba-tiba sakit alias labanya anjlok atau malah minus itu ada tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu pimpinan jadi gila, ada tsunami ekonomi, dan perampokan.
Dari tiga hal tersebut, Said menduga kemungkinan besar terjadi perampokan di Jiwasraya. Sebab, jika dikatakan pimpinan gila ternyata tidak. Pasalnya, salah satu direksi malah menjadi pejabat di Kantor Staf Presiden (KSP) setelah selesai menjabat di Jiwasraya pada 2018.
"Berarti waras dong, baik-baik saja. Kedua, tidak ada tsunami ekonomi. Bagaimana resiko bisnis tidak mungkin terjadi sebegitu dahsyat sampai puluhan triliun dalam waktu bulanan, itu tidak mungkin kalau tidak terjadi perampokan," kata Said seperti dilansir dari YouTube, Senin, 23 Desember 2019.
Baca juga:
Umat Islam Tak Dilarang Ucapkan Selamat Natal, Kata MUI
Bersih-bersih Kali, Warganet Bilang Gibran Tiru Jokowi
Hal yang memperkuat hipotesanya, perusahaan sangat sehat langsung rugi, produk yang dikeluarkan punya risiko sangat tinggi dan investasi sangat aneh, di mana premi diinvestasikan di saham-saham gorengan dan agen-agen yang melakukan pembelian saham pun bukan sekuritas terpercaya. Selain itu, investasinya sebagian besar ke properti, padahal sektor properti pada tahun 2018 sedang tidak bagus.
Jiwasraya pernah untung
Pada 2005, Said menerima laporan dari direksi bahwa Jiwasraya memang sedang sakit karena punya utang sekitar Rp6 triliun. Itu terjadi dampak dari krisis moneter pada tahun 1998.
"Kemudian dibenahi sampai sembuh pada 2009. Tahun 2009, mendapat laba dan menjadi salah satu asuransi terbaik. Bahkan, bukan di Indonesia, itu pada 2015-2016," ujarnya.
Tahun 2016, kata dia, Jiwasraya berhasil membukukan keuntungan hampir Rp2 triliun. Tahun 2017, keuntungan Jiwasraya naik Rp2,3 tiliun, namun dikoreksi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi hanya Rp400 miliar.
"Tahu-tahu tahun 2018, itu langsung terjadi kerugian puluhan triliun. Jadi agak aneh karena tidak ada kejadian apapun yang terjadi 2018, kecuali persiapan pilpres 2019," ujarnya.
Nah, Said melihat pimpinan Jiwasraya saat itu terlena dengan kepercayaan publik karena berhasil meningkatkan kepercayaan sangat tinggi dari perusahaan yang bangkrut punya utang Rp6 triliun menjadi perusahaan sehat.
"Dia lupa bahwa kalau lagi sehat, hati-hati bisa stroke mendadak. Ini stroke mendadak," ucapnya.