Permintaan Naik, Industri Kaca Diminta Maksimalkan Kapasitas Produksi
- VIVA/Ahmad Farhan Faris
VIVA – Kementerian Perindustrian membuka acara pameran Glasstech Asia dan Fenestration Asia 2019 di ICE BSD Tangerang Selatan, Banten pada Selasa, 12 November 2019. Acara pameran produk dan teknologi terkini industri kaca dihadiri oleh 124 pelaku usaha dari 14 negara.
Staf Ahli Menteri Bidang Pendalaman, Penguatan dan Penyebaran Industri Kementerian Perindustrian, Dody Widodo mengatakan bahwa permintaan kaca lembaran dunia saat ini tumbuh di kisaran 6,6 persen per tahun.
“Pada tahun 2018, tercatat sebesar 10 miliar persegi atau senilai kurang lebih US$102 miliar. Wilayah Asia-Pasific merupakan pasar regional terbesar kaca lembaran dengan perkiraan sebesar 50 persen dari kebutuhan dunia,” kata Dody.
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di Asia, kata dia, maka permintaan kaca lembaran diperkirakan akan meningkat sesuai dengan penambahan kebutuhan terhadap bangunan bertingkat tinggi dan kebutuhan akan perumahan penduduk.
“Dengan tingginya permintaan terhadap produk-produk kaca baik di regional maupun global, maka terjadi peluang bagi industri kaca Indonesia maupun Asia untuk memaksimalkan ataupun menambah kapasitas produksi terpasang,” ujarnya.
Seperti diketahui, kapasitas produksi terpasang kaca lembaran Indonesia saat ini sebanyak 1,3 juta ton/tahun berpeluang untuk ditingkatkan. Adapun, konsumsi kaca per kapita Indonesia yang sebanyak 3,5 kg/tahun itu masih jauh dari konsumsi kaca per kapita ASEAN sebesar 4-5 persen.
“Hal lain yang juga memacu permintaan kaca lembaran, yaitu dengan giatnya pembangunan transportasi oleh pemerintah dengan pengadaan light rail transit (LRT), mass rapid transit (MRT), kereta api cepat serta tumbuhnya industri otomotif yang signifikan di Indonesia,” tutur dia.
Di samping itu, Dody mengatakan, pemerintah dalam rangka penciptaan daya saing industri kaca nasional, saat ini sedang mempercepat peningkatan dan penerapan teknologi dan inovasi melalui penerapan industri 4.0. Dengan penerapan industri 4.0 ini, industri kaca yang merupakan industri padat modal dengan biaya investasi besar dapat didukung melalui penguatan rantai pasok yang menjamin ketersediaan bahan baku dan energi.
“Serta kualitas produk yang berdaya saing sebagaimana amanat yang tertuang dalam UU Nomor 3 tahun 2014 tentang perindustrian,” katanya.
Menurut dia, penerapan industri 4.0 dilakukan dengan otomatisasi dan digitalisasi pada proses produksi ditandai meningkatnya konektivitas, interaksi serta batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga menciptakan sistem industri yang terintegrasi, efisien dan ramah lingkungan.
Maka dari itu, Dody berharap semua peserta memanfaatkan kesempatan untuk memperluas jaringan dan berinteraksi dalam pertukaran teknologi.
“Saya juga berharap kepada industri kaca nasional untuk dapat memanfaatkan pameran ini dalam rangka memaksimalkan kapasitasnya sebagai industri 4.0,” tandasnya.