Toko Tradisional Bukan Saingan Ritel Modern

Ilustrasi ritel modern.
Sumber :
  • Antara/Wahyu Putro

VIVA – Jumlah toko tradisional atau warung yang ada di wilayah Jabodetabek tercatat sebanyak 35 ribu dan 3 juta warung di seluruh Indonesia. Tentu ini merupakan pangsa pasar yang menjanjikan.

Namun, saat dunia digitalisasi sudah menyebar luas seperti sekarang justru banyak warung tidak bisa berkembang dan terpinggirkan.

Menurut Chief Operational Officer PT Ritel Global Solusi, Tias Brian, ada beberapa faktor yang menghambat toko tradisional untuk berkembang.

Yaitu, banyak produk yang dijual sudah kedaluarsa, kualitas produk yang tidak bisa dijamin, serta merasa terpinggirkan akibat menjamurnya ritel modern.

"Kami menyebutnya sebagai transit point. Apa itu? Cuma untuk beli rokok, makanan ringan atau minuman dingin, dan bahkan hanya sekadar tanya alamat. Ditambah lagi orang-orang yang punya warung ini punya pekerjaan sampingan seperti ngojek online. Semua itu harus diubah," kata dia kepada VIVA, Senin, 23 September 2019.

Tias juga ingin mengembalikan muruah warung, bukan hanya sekadar jualan sembako tapi bisa membeli token listrik atau pulsa hingga tiket pesawat melalui aplikasi Toko Indonesia (Koin) yang dimiliki Ritel Global Solusi.

"Dengan begitu, warung menjadi 'hidup' karena warga bisa silaturahmi. Apalagi saat ini kita sudah masuk era digitalisasi, maka warung harus terpacu untuk 'naik kelas'," ungkapnya.

Sebab, lanjut Tias, kehadiran toko online atau e-commerce menjadi ancaman bagi warung, lantaran mereka menjual barang kebutuhan sehari–hari atau fast moving consumer goods (FCMG), yang mana itu merupakan 'lapaknya' mereka.

Kendati demikian, Tias menegaskan bahwa mereka tidak ada niat menggeser ritel modern. Karena, pangsa pasar toko tradisional dan ritel modern berbeda.

"Kalau ritel modern target pasarnya untuk belanja mingguan sampai bulanan. Beda sama warung untuk kebutuhan harian. Artinya, yang dibeli satuan," jelasnya.

Untuk memperluas bisnis aplikasi Koin, Ritel Global Solusi menggandeng Unit Pengumpul Zakat Badan Amil Zakat Nasional (UPZ Baznas) Petrokimia Gresik lewat penandatanganan nota kesepahaman (MoU).

Tias mengatakan, solusi teknologi yang ditawarkan Koin bukan hanya sebatas memasukkan warung mitra UPZ Baznas Petrokimia Gresik ke ranah digital, tapi juga memberikan solusi soal insight penjualan dan penyimpanan barang, sehingga menjamin pemilik warung menjual barang yang berkualitas.

"Jadi bukan seperti marketplace lainnya, kami memberikan data supaya warung makin berdaya. Kerja sama ini merupakan komitmen dalam memberikan inovasi kemudahan berbelanja di warung secara digital," tegas dia.

Sementara itu, Ketua UPZ Baznas Petrokimia Gresik, Yusuf Wibisono, mengatakan kerja sama ini diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian ekonomi masyarakat di sekitar perusahaannya, sekaligus memberikan edukasi terkait digitalisasi bisnis.

"Mitra UPZ Petrokimia Gresik akan mendapatkan dana dari Petrokimia Gresik yang berasal dari zakat karyawan Petrokimia Gresik. Selenjutnya, Koin akan mendampingi mitra dalam hal promosi, edukasi, dam sosialisasi, serta menyiapkan teknologi untuk toko tradisional yang bergabung," papar Yusuf.