Mau Sukses Bisnis Sendiri, Kuncinya di Teknologi
- ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
VIVA – Indonesia diperkirakan bakal menikmati 40 persen dari nilai ekonomi digital Asia Tenggara, yang saat ini sudah mencapai US$72 miliar atau Rp1.000 triliun lebih.
Artinya, angka sebesar Rp28,8 miliar diprediksi bisa masuk kas negara. Bahkan, nilainya diperkirakan terus bertambah hingga mencapai US$240 miliar atau sekitar Rp3.360 triliun, pada 2025.
Dalam pidato kenegaraan di Gedung DPR/MPR pada Jumat 16 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo mengungkit tentang pemberdayaan sumber daya manusia unggul untuk inovasi. Ia berharap, tenaga yang berkualitas mampu menciptakan inovasi baru.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Ari Kuncoro melihat, inovasi terjadi jika mayoritas masyarakatnya sudah melek teknologi.
"Enggak gaptek (gagap teknologi). Jadi, ini kembali ke masalah budaya saja," kata dia di Jakarta, Minggu 1 September 2019.
Lebih jauh Ari menuturkan, melek teknologi sangat penting di era revolusi industri 4.0, yang ia anggap ibarat dua sisi pisau. Satu sisi, penting untuk membangun SDM unggul, namun sisi lain sangat rentan dipakai untuk hal-hal yang tidak bertanggung jawab.
Hal senada juga diungkapkan pendiri platform aplikasi Ralali.com, Joseph Aditya. Menurutnya, kualitas SDM Indonesia masih rendah. Sedangkan, dunia kini menghadapi era disrupsi, yang membutuhkan sumber daya unggul.
Masalah lain yang dihadapi para pebisnis pemula yang belum melek teknologi, yakni mulai dari pemasaran hingga modal. Itu sebabnya, ia melihat bahwa masih banyak peluang yang terbuka bagi pengembangan teknologi, terutama untuk usaha mikro, kecil dan menengah.
“UMKM sering mengalami keterbatasan biaya, keterbatasan waktu, keterbatasan relasi, dan sumber daya kurang berkualitas. Dengan adanya teknologi seperti Big Agent, maka diharapkan bisa membantu mengatasi masalah itu,” jelas Joseph.