Menko Darmin Antisipasi Dampak Kekeringan Terhadap Inflasi
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku terus memonitor dampak kekeringan terhadap inflasi pada tahun ini. Puncak kekeringan atau curah hujan paling rendah tahun ini diperkirakan terjadi pada Agustus 2019.
"Kalau kekeringan kita sudah dengar dari BMKG. Kita masih terus mengikutinya," kata Darmin usai Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi 2019 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis 25 Juli 2019.
Ketua tim pengendali inflasi pusat (TPIP) itu menuturkan, belum bisa memperkirakan dampak kenaikan harga sejumlah komoditas akibat musim kemarau tersebut. Namun, ia yakin sejumlah komoditas seperti padi dan jagung akan memasuki musim panen pada Agustus.
"Jangan lupa panen jagung dan padi itu akan terjadi di bulan Agustus, kita akan lihat seperti apa pengaruhnya. Sekaligus juga menunggu apakah ada perkembangan lebih baik," ujarnya.
Intinya, kata Darmin, pemerintah saat ini menyadari kekeringan yang lebih jelek atau lebih buruk itu akan terjadi. "Dan kita terus memonitor dan menyiapkan langkah-langkahnya. Apa langkahnya kita akan lihat Agustus ini seperti apa," katanya.
Darmin sebelumnya menyampaikan realisasi inflasi pada empat tahun terakhir bisa dijaga di kisaran 3 persen. Pada 2018, laju inflasi tercatat 3,13 persen secara tahunan (year on year/yoy) sedangkan per Juni 2019 tercatat naik sedikit ke level 3,28 persen yoy atau masih sesuai dengan sasaran.
"Secara komponen pembentukannya, inflasi harga barang barang bergejolak terutama pangan, volatile food di tahun 2018 sebesar 3,39 persen. Pada Juni 2019, sedikit meningkat jadi 4,91 persen year on year," kata dia.
Belakangan ini, komoditas harga yang cukup signifikan menyumbang inflasi adalah cabai merah. Bank Indonesia pun telah memperkirakan bahwa cabai merah menjadi pendorong utama inflasi di Bulan Juli 2019.