Ibaratkan Inflasi dengan Tekanan Darah, JK: Ketinggian Bisa Pingsan
- VIVA.co.id/ Reza Fajri
VIVA – Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2019 di Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis 25 Juli 2019. Wapres menyoroti pentingnya menjaga stabilitas tingkat inflasi.
JK mengatakan, jika inflasi tinggi maka daya beli akan turun, kemiskinan dan pengangguran pasti naik. Dia menganalogikannya dengan tekanan darah manusia, yang jika tinggi maka bisa menyebabkan pingsan.
"Kalau inflasi tinggi, hiperinflasi, ekonomi akan ambruk seperti Venezuela. Untuk membeli roti saja harus bawa segepok uang," kata JK.
Tetapi deflasi juga menurutnya tidak baik. Hal itu menurutnya bisa berdampak tak baik kepada pengusaha, yakni pengusaha tidak bisa memberikan pendapatan kepada orang lain.
"Kalau tak ada inflasi juga tak bagus, karena tak ada semangat. Kalau inflasi nol persen kayak di negara lain, itu pengusaha tidak ada semangat," ujar dia.
"Kalau inflasi rendah atau deflasi, kita juga pusing, bisa pingsan juga. Jadi tekanan darah yang bagus itu di tengah-tengah. 120-130 jangan 200-300 itu pingsan nanti," kelakarnya.
JK menjelaskan, jika berbicara soal inflasi, maka tidak hanya sekadar naiknya harga. Naiknya harga beberapa produk secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu baru menurutnya bisa menjadi ukuran inflasi.
"Itu (kenaikan) hanya IHK, indeks harga konsumsi. Jadi jangan asal harga naik langsung bertindak, sweeping. Kalau IHK naik terus menerus secara kurun waktu tertentu, itu inflasi. Ini agar kita mengetahui apa ukurannya," kata JK.
Dalam ajang ini, JK jugameminta pemerintah daerah ikut bersinergi dalam menjaga tingkat inflasi nasional. "Begitu bapak persulit investasi di daerah, dan perdagangan, juga menyebabkan inflasi. Kalau di daerah stok gula kurang, itu suatu indikator akan terjadinya kelangkaan dan akan terjadi inflasi," ujar JK.
Sebagai Wapres yang juga pernah menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, JK menekankan para kepala daerah untuk menjaga distribusi. Seperti memperpendek alur distribusinya. Jika tidak seperti itu, maka menurutnya bisa menimbulkan kemacetan dalam distribusi. Hal itu katanya bisa menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok ikut menjadi naik.