Selain Sarang Burung, Mendag Lobi China Cabut Restriksi Impor Buah
VIVA – Pemerintah Indonesia dan China bersepakat membentuk joint working group terkait hambatan perdagangan dua negara. Hal itu disepakati Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita dan Minister of General Administration of Custom China (GACC) Ni Yuefeng, di Kantor GACC Beijing, China.
Enggar mengungkapkan, melalui pendekatan strategis tersebut pihaknya meyakini nilai ekspor komoditas asal Indonesia akan meningkat ke negeri Panda. Upaya itu diharapkan dapat mengurangi defisit perdagangan yang selama ini terjadi.
“Dengan pendekatan yang kita lakukan dan persetujuan dari GACC bisa segera kita dapatkan, maka akan meningkatkan ekspor sekitar US$1 miliar, terlebih lagi jika seafood bisa diizinkan,” kata Enggar di Beijing, dalam keterangan tertulisnya, Senin 22 Juli 2019.
Pemerintah mengharapkan agar China memberi kemudahan atas ekspor sarang burung walet, buah-buahan tropis seperti nanas, buah naga, alpukat, durian, serta produk perikanan.
Dijelaskan Enggar bahwa salah satu kendala yang menghambat laju ekspor berbagai komoditas tersebut adalah lamanya proses verifikasi yang dilakukan oleh GACC.
"Menteri Ni Yuefeng merespons baik dan akan menindaklanjuti permasalahan yang disampaikan Indonesia. Diharapkan, komunikasi berjalan lebih baik, terutama pembahasan hal-hal yang bersifat teknis untuk memperlancar perdagangan kedua negara," ujar Enggar.
Tak hanya sarang burung walet, berbagai buah-buahan Indonesia juga masih mengalami kesulitan untuk memasuki pasar China. Hingga kini, tercatat hanya lima jenis buah-buahan Indonesia yang bisa diekspor ke China.
"Bandingkan dengan Thailand yang mencapai 20 jenis. Malaysia dan Vietnam juga jauh di atas kita. Sebagai langkah konkret, nanas dan buah naga yang sudah sekian lama verifikasinya akan segera dipercepat,” tuturnya.
“Selain itu, jenis buah lainnya seperti mangga, durian, alpukat, rambutan juga masuk dalam daftar yang segera diproses,” ujar Enggar.
Pertemuan mendag dan Menteri Ni Yuefeng merupakan tindak lanjut dari pembicaraan dan kesepakatan yang dilakukan antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo di sela KTT G20 Osaka, Jepang.
Saat itu, Presiden Jokowi menyampaikan berbagai hal, termasuk kesulitan dalam ekspor dan defisit perdagangan ke China yang begitu besar. Presiden Xi Jinping pun berjanji akan menindaklanjuti dan memberikan prioritas untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut mendag, saat ini ekspor sarang burung walet Indonesia baru mencapai 70 ton per tahun. Jumlah itu kurang dari setengah kuota yang ditetapkan pemerintah China yaitu sebanyak 160 ton per tahun.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kapasitas produksi yang mencapai 1.600 ton per tahun, ekspor ke negara pengonsumsi sarang burung walet terbesar di dunia itu sangatlah kecil.
Tak hanya minim dari segi jumlah. Dari sisi nilai tambah pun, ekspor sarang burung walet belum banyak diraih Indonesia. Sebab, Indonesia baru bisa mengekspor sarang burung walet mentah.