5 Tahun 10 Bulan Jadi Deputi Gubernur Senior BI, Mirza: Menantang
- Arrijal Rachman/VIVA.co.id.
VIVA – Mirza Adityaswara menghadiri Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia terakhir setelah lima tahun 10 bulan menjabat sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Menurut dia, periode tersebut bukanlah periode yang mudah bagi stabilitas ekonomi maupun moneter Indonesia.
Kata dia, selama periode tersebut, tantangan kondisi global secara bertubi-tubi terus menekan perekonomian domestik. Ditandai dengan mulai terjadinya gejolak keuangan global yang disebut Taper Tantrum pada 2013, diiringi mulainya proses normalisasi kebijakan moneter Bank Sentral Amerika serikat, hingga mencuatnya perang perdagangan AS dengan negara-negara mitra dagang utamanya.
"Periode yang memang cukup challenging, kami bersama dewan gubernur hadapi situasi global yang tidak mudah," tutur Mirza saat konferensi pers RDG, di Gedung BI, Jakarta, Kamis, 18 Juli 2019.
Semasa Mirza menjabat sebagai DGS, Bank Indonesia juga telah menaikkan suku bunga acuan cukup agresif, yakni hingga 175 basis poin. Namun begitu, dia mengatakan bahwa kenaikan itu dengan berat hati dilakukan demi menjaga stabilitas perekonomian dan moneter Indonesia.
"Waktu Bank Indonesia menaikkan suku bunga tentunya dengan berat hati dan itu semua kita lakukan demi stabilitas negeri ini sehingga bisa mempunyai pertumbuhan ekonomi yang sustainable," tutur dia.
Meski pada Juli 2019, untuk pertama kalinya lagi Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin, atau menjadi 5,75 persen. Mirza mengatakan bahwa itu bukan berarti kondisi perekonomian global sudah semakin stabil. Namun lagi-lagi untuk menjaga monemtum pertumbuhan ekonomi domestik.
"Yang kami syukuri bahwa tim BI sangat solid. Dengan bersama KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) mengawal periode yang tidak mudah ini," tegas Mirza.