Menko Darmin Akui Tingkat Kemiskinan Makin Sulit Diturunkan
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Pemerintah memastikan bahwa program-program pengentasan kemiskinan akan terus diperkuat dan diperluas untuk tahun-tahun mendatang. Hal tersebut perlu karena tingkat kemiskinan di Indonesia saat ini telah semakin rendah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menjelaskan tingkat kemiskinan saat ini yang telah menyentuh angka 9,41 persen atau tersisa 25,41 juta jiwa akan semakin sulit diturunkan karena kemiskinan yang tersisa merupakan penduduk dengan penghasilan terendah.
"Kalau masih tinggi, tingkat kemiskinan itu menurunkannya enggak susah. Tapi makin rendah dia makin susah turuninnya jadi makin banyak yang harus disiapin," kata Darmin di kantornya di Jakarta, Senin 15 Juli 2019.
Program-program pengentasan kemiskinan utama yang telah dilakukan pemerintah seperti sertifikasi tanah, bantuan pangan non tunai (BPNT) hingga Kartu Indonesia Pintar maupun Kartu Indonesia Sehat pasti akan dipertahankan dan diperluas. Namun diperkirakannya bahwa hal itu tidak akan cukup.
"Ya kita masih terus untuk satu ada program soal tanah, ada program soal manajemen kegiatan ekonomi mereka di pertanian, intinya makin lama itu bukan makin mudah," katanya.
Meski begitu, dia enggan menjabarkan lebih lanjut terkait strategi yang bakal dilakukan pemerintah pada waktu ke depan untuk menurunkan sisa penduduk miskin tersebut. "Nantilah, pokoknya soal tanah dahulu, dia baru yang lain dan manajemen kegiatan," ungkap dia.
Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan, tingkat kemiskinan yang telah turun dari data Maret 2018 yang sebesar 25,95 juta orang memang akan semakin sulit untuk diturunkan nantinya.
"Berdasarkan pengalaman, menurunkan kemiskinan itu nantinya akan lambat sekali. Perlu strategi khusus karena kita bicara kemiskinan yang paling bawah itu kemiskinan yang betul-betul miskin. Itu kita bantu hanya dengan BPNT atau rastra dan pendidikan tentu akan tertolong, tapi enggak akan mampu keluar dari kemiskinan. Kita perlu strategi khusus," tuturnya. (ren)