Rokok Kretek Filter Masih Sumbang Kemiskinan di Indonesia
- U-Report
VIVA – Badan Pusat Statistik atau BPS, mencatat bahwa rokok kretek filter masih menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi kemiskinan di Indonesia setelah beras. Itu terjadi baik di perkotaan maupun pedesaan.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, kontribusi rokok kretek filter terhadap garis kemiskinan di perkotaan sebesar 12,22 persen, sedangkan di pedesaan sebesar 11,36 persen. Angka itu membuatnya menempati posisi kedua terbesar setelah beras, yang masing-masing sebesar 20,59 persen dan 25,97 persen.
"Rokok yang selalu tempati posisi ke dua, bahkan kalau kita lihat kontribusinya juga naik karena inflasinya setiap bulan nambah 0,01 persen. Jadi pelan-pelan harga rokok naik tapi enggak ada yang komplain yah," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin, 15 Juli 2019.
Komoditi lainnya yang memengaruhi adalah telur ayam ras sebesar 4,26 persen di perkotaan dan 3,53 persen di perdesaan, daging ayam ras sebesar 3,83 persen di perkotaan dan 2,28 persen di perdesaan, mie instan 2,40 persen di perkotaan dan 2,16 di perdesaan.
Kemudian, yang memengaruhi berikutnya adalah gula pasir sebesar 2,06 persen di perkotaan dan 2,89 di perdesaan, serta kopi bubuk dan kopi instan atau sachet sebesar 1,94 persen di perkotaan dan 1,88 persen di perdesaan.
"Ini mengindikasikan stabilisasi harga itu harus betul-betul di jaga karena begitu dia bergejolak akan berpengaruh besar ke pada garis kemiskinan," tutur dia.
Sebagai informasi, garis kemiskinan di Indonesia kembali mengalami kenaikan. BPS mencatat bahwa garis kemiskinan pada Maret 2019 sebesar Rp425.250 per kapita per bulan, naik sebesar 3,55 persen di banding September 2018 sebesar Rp410.670 dan naik sebesar 5,99 persen dibanding Maret 2018 sebesar Rp401.220.
Jika rata-rata satu rumah tangga di Indonesia memiliki 4,68 anggota keluarga, maka garis kemiskinan rata-rata secara nasional menjadi sebesar Rp1.990.170 per rumah tangga. Artinya, satu rumah tangga yang memiliki pendapatan di bawah itu masuk ke dalam kategori miskin.