Bank Dunia Prediksi Defisit Transaksi Berjalan RI Turun di 2,8 Persen
- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA – World Bank memprediksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto atau PDB, akan turun menjadi 2,8 persen di akhir 2019 mendatang.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rodrigo A. Chaves menjelaskan, hal itu diprediksi masih akan tercapai, meskipun nilai tukar perdagangan komoditas mengalami pelemahan.
"CAD (current account deficit) diramalkan akan menurun menjadi 2,8 persen dari PDB pada 2019. Selanjutnya, menjadi 2,5 persen dari PDB pada 2020, setelah pertumbuhan investasi menurun," kata Rodrigo di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Senin 1 Juli 2019.
Rodrigo menjelaskan, pihaknya menilai bahwa nilai tukar rupiah yang melemah pada 2018, akan mendukung neraca transaksi pendapatan. Namun, risiko terhadap penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi semakin besar, dengan meningkatnya ketegangan perdagangan global yang cenderung membebani perdagangan internasional.
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat juga dipengaruhi oleh hasil perundingan yang melemahkan hubungan perdagangan antara negara-negara maju dan China. Sehingga, hal itu juga berpotensi untuk menimbulkan risiko ekonomi yang substansial.
"Samudera Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian, melalui pendapatan yang lebih tinggi dari sektor pariwisata dan perikanan," ujar Rodrigo.
Lebih lanjut, Rodrigo mengungkapkan, sektor perikanan Indonesia merupakan yang terbesar kedua di dunia, dan bisa memainkan peran penting dalam menyediakan kebutuhan akan pangan dan lapangan pekerjaan.
Sedangkan, sektor pariwisata dipastikan akan mendapatkan manfaat dari kekayaan laut dan pantai, apabila pemerintah dapat mengelolanya dengan lebih baik.
"Sektor perikanan Indonesia juga diprediksi akan mampu menciptakan sekitar tujuh juta jiwa angkatan kerja," kata Rodrigo.
"Sedangkan kontribusi terhadap PDB bisa mencapai 2,6 persen atau setara dengan US$28,9 miliar per tahun. Bahkan, sektor ini bisa berkontribusi hingga 2,4 persen terhadap total ekapor," ujarnya.