Komitmen KSSK Jaga Stabilitas Ekonomi di Tengah Gejolak Politik
- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA – Guna menjaga stabilitas ekonomi di tengah gejolak perpolitikan pascapilpres yang memanas dalam beberapa waktu terakhir, serta perkembangan situasi global saat ini, Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau KSSK menggelar rapat, guna membahas semua hal tersebut.
Ketua KSSK, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, masalah politik dalam negeri khususnya yang terkait dengan adanya aksi demonstrasi usai pengumuman hasil pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa hari lalu, merupakan fokus utama dari pembahasan KSSK saat ini.
"KSSK menilai bahwa kondisi di Tanah Air usai pengumuman pemilu oleh KPU, merupakan fokus permasalahan yang harus disikapi dan ditangani," kata Sri di kantornya, kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis 23 Mei 2019.
Dari aspek domestik, Sri mengaku bahwa pemerintah melalui KSSK akan terus berupaya menjaga perekonomian. Seperti misalnya dari sisi fiskal, di mana perlu adanya peningkatan kewaspadaan terhadap pertumbuhan ekonomi, baik dari sektor konsumsi, termasuk konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.
Sehingga, dengan berbagai dinamika yang ada di ranah domestik saat ini dan berpotensi membawa pengaruh pada perekonomian, maka KSSK akan berupaya mengamankan sektor keuangan dan perekonomian nasional tersebut.
"Maka, kami di KSSK akan terus menjaga sektor keuangan yang strategis dan penting, demi menjaga stabilitas perekonomian Indonesia," kata Sri.
Sementara itu, dari sisi dinamika global, beberapa hal yang menjadi perhatian KSSK, menurut Sri, adalah masalah perang dagang antara Amerika Serikat dan China, yang masih belum menemukan titik terang hingga saat ini.
Kemudian, permasalahan di kawasan Timur Tengah, di mana salah satunya adalah upaya AS dalam hal pemberian sanksi bagi Iran, terkait perjanjian kesepakatan nuklir, juga menjadi hal yang harus diperhatikan mengenai dampaknya bagi dunia secara global.
"Kemudian, ada juga keputusan The Fed yang menahan suku bunga, sehingga mampu memberikan sentimen positif," kata Sri.
Sri menegaskan, perlunya perhatian pada sejumlah aspek permasalahan baik dari aspek domestik dan global tersebut, diharap akan berguna dalam upaya mengantisipasi konsekuensi yang akan timbul dan membawa dampak bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
Sebab, dampak dari perang dagang atau bahkan penetapan sanksi AS kepada Iran, tentunya akan menimbulkan dampak secara global yang akan berpengaruh pada harga komoditas dan harga minyak, serta pengaruh lainnya bagi perekonomian dunia.
"Apalagi, perang dagang AS-China yang masih berlangsung, juga bisa ikut menambah kemungkinan yang akan turut memperlemah ekonomi global," ujarnya.