Lima Konsorsium Rebutan Proyek Pengembangan Bandara Labuan Bajo 

Aktivitas penumpang pesawat di Bandara Udara Komodo di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Harry Siswoyo

VIVA – Kementerian Perhubungan tengah melakukan proses lelang proyek pengembangan Bandara Komodo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Saat ini, sudah ada lima konsorsium yang lulus prakualifikasi (PQ) untuk pengembangan bandara tersebut. 

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana, B Pramesti, mengatakan, lima konsorsium yang lulus prakualifikasi ini berasal dari lokal maupun asing. Lima konsorsium itu siap bersaing untuk pengembangan proyek bandara di NTT tersebut. 

"Sudah ada lima konsorsium yang lulus PQ itu ada asing ada lokal," kata Polana di kantor Kemenhub, Jakarta, Jumat 5 April 2019.

Jika dirincikan, konsorsium pertama yaitu PT Cardig Aero Services Tbk dengan Changi Airport International PTE LTD. Kedua, PT Angkasa Pura II dengan Muhibbah Engineering Bhd, PT Adhi Karya, PT Brantas Abhipraya, dan PT Citilink Indonesia.

Lebih lanjut, konsorsium ketiga adalah PT Astra Nusa Persada dan Aeroport de Paris International dari Prancis. Keempat, PT Interport Mandiri Utama yang bekerja sama dengan Egis International, PT Wijaya Karya Bangunan Gedung, dan PT PGAS Solution. 

Konsorsium kelima yaitu PT Angkasa Pura I, PT PP, dan GVK Power and infrastructure Limited dari India. 

Menurut Polana, perusahaan asing yang masuk ke Indonesia harus berbadan usaha Indonesia. Dengan demikianlah terbentuk lima konsorsium tersebut. 

"Kalau asing pun kan harus jadi seperti badan usaha Indonesia. Jadi itu ada lima konsorsium," kata dia. 

Proyek ini nantinya akan dikerjakan dengan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Selain mengerjakan proses konstruksi, pemenang lelang disebut juga akan mengelola bandara tersebut. Proses lelang ditargetkan rampung pada April 2019 ini. 

"(Nilai pengembangan) sekitar Rp1,5 triliun," ujar dia.