Gubernur BI Ungkap Empat Faktor Pendukung Rupiah Perkasa di Awal Pekan

Petugas bank tunjukkan uang rupiah dan dolar Amerika Serikat.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

VIVA – Nilai tukar rupiah bergerak stabil dan terus menguat. Pada awal pekan ini, Senin 28 Januari 2019, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, berada di level Rp14.038, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia. 

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya bersyukur mata uang Garuda ini masih mampu perkasa menghadapi dolar AS. Setidaknya, ada empat faktor pendukung penguatan nilai tukar rupiah. 

"Alhamdulillah, rupiah terus bergerak stabil dan cenderung menguat," kata Perry, usai menghadiri acara hari ulang tahun Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Jakarta, Senin 28 Januari 2019.

Faktor pertama, Perry mengatakan, kepercayaan investor asing terus meningkat yang terbukti dari derasnya aliran modal asing. Hal itu tidak hanya terjadi untuk penanaman modal asing, melainkan juga investasi portofolio seperti obligasi hingga saham.

Kedua, sinergi kebijakan pemerintah, BI dan OJK untuk mendorong stabilitas ekonomi melalui kebijakan yang mendorong ekspor dan mengurangi impor. Menurut dia, sudah banyak penataan logistik dan prosedur ekspor yang dihilangkan karena memang tidak diperlukan. 

"Kita koordinasi dengan pemerintah dorong ekspor baik otomotif, elektronik dan garmen, juga makanan minuman di samping juga persiapkan kebijakan lanjutan untuk subtitusi impor baik di baja dan farmasi," ucapnya. 

Lebih lanjut yang ketiga, ia menerangkan, mekanisme pasar uang di Indonesia yang semakin berkembang. Saat ini, kata Perry, Indonesia tidak lagi bergantung hanya pada pasar Spot dan Swap, melainkan ada instrumen domestic non deliverable forward (DNDF). 

"Dari waktu ke waktu volume DNDF terus berlangsung. Kami pastikan bahwa likuiditas valas ada. Baik di spot, swap dan DNDF. Dan, pelakunya tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga investasi asing gunakan DNDF," katanya. 

Terakhir, Perry mengatakan, ketahanan eksternal Indonesia semakin membaik, yang terlihat dari defisit transaksi berjalan yang akan lebih rendah. 

"Karena, aliran modal asing, surplus neraca modal yang semakin meningkat. Jadi, secara keseluruhan sisi fundamental neraca pembayaran lebih baik dengan CAD (Current Account Deficit) yang menurun dan siklus neraca modal semakin meningkat," kata dia. (asp)