Dongkrak Harga, Gubernur Ganjar Instruksikan PNS Jateng Beli Cabai
- Dwi Royanto/VIVA.co.id
VIVA – Anjloknya harga cabai di tingkat petani disikapi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Pria berambut putih itu mengambil inisiatif memborong cabai petani dan mewajibkan Aparatur Sipil Negara atau ASN yang dipimpinnya untuk membeli.
Total cabai yang dibeli Ganjar sekitar 10 ton seharga lebih dari Rp200 juta. Puluhan ton cabai itu, lalu dijual berderet di halaman kantor gubernur di Semarang, Senin 14 Januari 2019.
Cabai jenis merah keriting itu diborong gubernur dari petani di Jawa Tengah, seperti Demak, Purbalingga, serta Kabupaten Semarang.
Kata Ganjar, pembelian cabai 10 ton itu merupakan tindakan sementara. Gerakan ASN membeli cabe itu dilakukan, agar terjadi perubahan harga di pasaran yang kini dirasa menyulitkan para petani.
Di depan kantor mereka, para ASN membeli cabai dari petani langsung dengan harga Rp18 ribu per kilogram.
"Memang, ini sifatnya jangka pendek, karena petani butuh uang dan cabai juga usianya tidak lama sebelum akhirnya membusuk. Untuk jangka panjang, sudah kami siapkan beberapa solusinya," kata Ganjar.
Pembelian cabe oleh ASN itu, lanjut Ganjar, bersifat darurat untuk mendongkrak kembali harga di pasaran. Hal yang sama juga pernah dilakukan ASN Pemprov Jateng, saat harga bawang merah petani anjlok.
"Saat itu, kami beli semuanya dan harganya terdongkrak. Nah, hari ini kami lakukan lagi dengan memborong langsung cabai dari petani dengan harapan yang sama," kata Ganjar.
Namun, ia menyebut, harga cabai sebenarnya tidak terlalu murah di pasaran. Hanya saja, para petani menjual hasil cabai kepada para tengkulak dengan harga yang sangat murah. Hal itu, setelah dirinya mengecek langsung harga cabai di daerah.
Seperti di Ungaran harga di pasaran Rp20.000 per kilogram. Di tingkat pedagang cabai itu dibeli Rp15.000, sementara harga jual dari petani hanya Rp9.000 bahkan ada yang Rp7.000.
"Ini kan yang tertawa para tengkulak itu, sementara petani terus merugi," kata Ganjar.
Untuk solusi jangka panjang, gubernur menyebut bahwa Kartu Tani adalah solusi paling tepat untuk mengendalikan kestabilan harga dan komoditi pertanian di pasaran. Kartu tani sebenarnya tidak hanya bicara soal pupuk, namun juga merupakan data terkait semua aktivitas pertanian di Jawa Tengah.
"Saya ingin Kartu Tani dapat merekam kawan-kawan petani tanam apa, di mana, komoditasnya apa, kapan panennya. Jika data itu terekam, maka bisa dipantau dan dikontrol harganya," papar Ganjar.
Tak hanya itu, dari kejadian anjloknya harga cabai, Ganjar menemukan ironi yang sangat menggeletik. Ternyata, banyak petani yang tidak tahu harga cabai di pasaran, sehingga mau saja dibeli murah oleh para tengkulak.
"Ke depan, saya ingin para kelompok tani ini diwajibkan memasang aplikasi Sihati (Sistem Informasi Harga dan Produk Komoditi) sehingga tahu harga. Kalau harga cabai misalnya di pasaran Rp20 ribu, sementara tengkulak membeli Rp7.000, ya jangan mau," ujar dia.
Rahmat Budiono, seorang petani cabai asal Purbalingga mengaku bersyukur akan langkah kongkret pemerintah untuk membantu petani.
"Soalnya cabai dari petani selama ini hanya dihargai Rp7.000 hingga Rp9.000 oleh tengkulak. Dengan adanya program ini, para tengkulak banyak yang berteriak dan terjadi perubahan harga di kampung saya, Purbalingga, hari ini sudah ada informasi masuk cabai dijual oleh petani Rp25 ribu per kilogram," kata Rohmat Budiono, petani cabai asal Purbalingga.
Senada Budiono, petani asal Demak Ridwan juga senang denga gerakan ASN wajib beli cabai petani. Dengan harga Rp18 ribu per kilogram, para petani sudah bisa mendapatkan keuntungan.
"Sebenarnya, kami inginnya harganya segitu, Rp18 ribu, namun memang permainan tengkulaknya seperti itu. Untuk itu, kami sangat berharap peran pemerintah untuk menstabilkan harga ini, " katanya. (asp)