Ekonom Pesimistis Relokasi Investasi China Bisa Masuk Indonesia

Ilustrasi realisasi investasi pembangunan.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA – Ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardana, mengaku pesimis potensi relokasi investasi dari China ke negara-negara ASEAN akibat keberlanjutan perang dagang antara China dan Amerika Serikat bisa secara penuh masuk ke Indonesia.

Hal itu dikatakannya berdasarkan tren relokasi investasi negara-negara asing yang lari dari China sejak tiga tahun terakhir ke negara-negara ASEAN, hanya sedikit yang masuk ke Indonesia.

"Jadi dari data JBIC (Japan Bank for International Cooperation) itu mereka survei 4.000 perusahan jepang, investor yang relokasi dari China ke ASEAN 2016 Indonesia masih dapat lima, Vietnam dapat 30, 2017 Indonesia sudah enggak ada, semuanya masuk ke Vietnam," katanya di Menara Bank Danamon, Jakarta, Kamis 6 Desember 2018.

Berdasarkan laporan JBIC itu juga, katanya, disebutkan bahwa alasan mendasar yang menyebabkan keengganan investor Jepang untuk relokasi usahanya dari China ke Indonesia adalah karena selisih keuntungan dari Vietnam ketimbang Indonesia lebih besar.

"Begitu ditanya satu per satu kenapa lebih pilih Vietnam, pada dasarnya profit margin di Indonesia selama tiga tahun terakhir lebih rendah di banding Vietnam. Jadi pada dasarnya kalau investasi di Indonesia sama Vietnam lebih menguntungkan, karena dia bilang bunganya 4,5 sampai 5 persen lebih menguntungkan di Vietnam," ujarnya.

Di sisi lain, keengganan investor Jepang untuk datang ke Indonesia juga akibat regulasi di Indonesia yang belum jelas dan belum sesederhana sebagaimana di Vietnam.

"Kedua, mereka bilang ini soal regulasi. Legal system di Vietnam lebih clear satu arah. Jadi itu alasannya investasi berkurang bukan hal yang temporer," ujarnya.

Dia memperkirakan, realisasi investasi di Indonesia, untuk investasi langsung, investasi portfolio, maupun investasi lainnya di 2018 maupun tahun ke depannya cenderung menurun. Investasi langsung hanya akan mencapai US$11 miliar atau lebih rendah dari realisasi 2017 yang sebesar US$22 miliar.

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menilai perang perdagangan antara AS dengan China akan memberi dampak positif bagi Indonesia. Terutama dari besarnya potensi relokasi investasi dari China yang mulai lari akibat besarnya perang tarif bea masuk antar kedua negara.

Dia optimis, melalui berbagai kebijakan kemudahan investasi dan insentif fiskal yang diluncurkan pemerintah melalui Paket Kebijakan Ekonomi XVI untuk memberikan daya tarik investasi di Indonesia bisa menarik para investor yang berencana relokasi itu.

Kebijakan itu seperti kebijakan One Single Submission atau OSS untuk kemudahan perizinan berinvestasi yang telah diluncurkan sejak Juli 2018, hingga kebijakan perluasan industri yang bisa menerima tax holiday 100 persen atau pembebasan bayar pajak 100 persen dengan jangka waktu tertentu.