BPS: Harga Beras Naik Sekitar 2 Persen di Bulan November

Ilustrasi beras.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA – Harga gabah dan beras baik di tingkat petani maupun penggilingan pada November 2018 mengalami kenaikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode tersebut, harga gabah di tingkat petani dan penggilingan naik sekitar tiga persen. Sedangkan harga beras untuk berbagai kualitas di tingkat penggilingan naik beragam.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, untuk rata-rata harga gabah di tingkat petani, khususnya gabah kering panen atau GKP, pada November 2018 seharga Rp5.116 per kilogram atau naik 3,64 persen dibanding Oktober 2018. Sedangkan di tingkat penggilingan, seharga Rp5.212 per kilogram atau naik 3,43 persen.

Adapun untuk gabah kering panen atau GKP di tingkat petani, pada periode tersebut seharga Rp5.645 per kilogram atau naik 3,28 persen dibanding Oktober 2018. Sedangkan di tingkat penggilingan, harga gabah Rp5.754 per kilogram atau naik 3,34 persen. 

"Jadi gabah kering panen maupun gabah kering giling, baik di tingkat petani maupun tingkat penggilingan, mengalami kenaikan sekitar tiga persen, karena memang kita memasuki musim tanam," kata dia di kantornya, Senin 3 Desember 2018.

Adapun untuk harga beras, kata dia, pada periode November 2018, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp9.771 per kilogram, atau naik 1,30 persen. Sedangkan, kualitas medium seharga Rp9.604 atau naik 2,22 persen dan untuk kualitas rendah sebesar Rp9.426 atau naik 2,52 persen di banding Oktober 2018.

"Tapi kalau dibandingkan posisi November 2017 kenaikan ini masih oke, kenaikan wajar, tetapi ini masih rendah. Pada periode itu rata-rata naik 0,26 persen, sumbangannya 0,03 persen ke inflasi. Pada November 2018, tipis terkendali 0,70 persen, sehingga sumbangannya sama 0,03 persen," ungkapnya.

Meski harga gabah maupun beras kembali mengalami kenaikan, Suhariyanto mengaku bahwa inflasi pada Desember 2018 maupun keseluruhan tahun tidak akan terdampak banyak dari kenaikan harga tersebut. Sebab, dikatakannya stok cadangan beras Bulog saat ini telah memadai untuk dilakukan operasi pasar demi menghadapi liburan natal dan tahun baru yang biasanya memicu kenaikan harga.

"Situasinya agak beda, tahun lalu jumlah stok kita di Bulog itu di bawah 1 juta, hanya sekitar 800 sampai 900 ribu, sehingga kemampuan untuk intervensi pasar juga terbatas. Tapi tahun ini jumlah stoknya bagus, sehingga kami lihat kalau naik 0,70 persen ini sesuatu yang wajar," papar dia. (djo)