Susah Payah Ajinomoto Menepis Stigma Micin

Pabrik Ajinomoto di Mojokerto, Jawa Timur.
Sumber :

VIVA – Ajinomoto tumbuh di Indonesia di tengah pandangan negatif vetsin atau micin yang tak berkesudahan. Berdiri dengan pabrik pertama di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada 1969, perusahaan berbasis di Jepang itu susah payah menepis stigma sambil terus merayap naik dan tetap eksis hingga sekarang.

Bahkan, tidak hanya penyedap rasa, Ajinomoto kini merambah ke produk lain: roti.

Berdirinya Ajinomoto di Jepang bermula dari penemuan monosodium glutamat atau MSG (nama ilmiah vetsin) oleh seorang profesor bernama Kikunae Ikeda pada 1908. Glutamat adalah sumber rasa gurih dari kaldu rumput laut, lazim disebut rasa umami.

Pada 1909, umami diproduksi komersial. Sejak 1946, Ajinomoto Co., Inc. berdiri dan sekarang menguasai ceruk pasar 23 negara.

Di Indonesia, Ajinomoto hadir sejak 1969 dengan pabrik pertamanya di Mlirip, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, dan mulai beroperasi setahun kemudian. Pada 1987, di lahan pabrik seluas total 35 hektare itu dikembangkan pabrik PT Ajinex International, khusus melayani produk Ajinomoto Indonesia untuk ekspor. Ajinex mulai beroperasi dua tahun kemudian, 1989.

"Pabrik kami yang baru di Karawang, mulai beroperasi tahun 2012, dan yang paling muda, tahun 2016, Ajinomoto Bakery Indonesia, ini memproduksi roti dan adonan atau frozen bread," kata Manajer Departemen di General Personal Departement PT Ajinomoto Indonesia, Mujib, pada Jumat, 30 November, 2018.

Selain vetsin atau micin, Ajinomoto Indonesia juga memproduksi bumbu masakan, di antaranya Masako, Sayuri dan Sajiku. VIVA berkesempatan melihat-lihat secara langsung proses produksi bumbu masakan di gedung pengolahan Masako, pengemasan produk-produk Ajinomoto dan pengolahan limbah produksi menjadi barang produktif lainnya seperti kompos, pada Kamis, 29 November 2018.

Berdasarkan pengamatan, perusahaan ini terlihat menerapkan teknologi canggih. Termasuk pada proses pengolahan daging sapi dan ayam dalam produk Masako. Lingkungan pabrik terlihat bersih.

Saat VIVA bersama beberapa kawan sampai di pintu masuk pengolahan, sepatu wajib dilepas. Sandal khusus disediakan.

Masako dan Sajiku diproduksi khusus untuk pasar dalam negeri. Untuk ekspor, Ajinomoto Indonesia Group memakai merek lain. Untuk bumbu masak, di antaranya, merek Master Dragon di Eropa, MaDish di Nigeria, Mor Chu Gaotang di China, Hondashi di China, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Amerika, Sazon di Brasil, Tumix di Malaysia, Aji-ngon di Vietnam, dan lainnya, termasuk di Timur Tengah.  

Satu dari Tiga Raksasa MSG

Ajinomoto adalah satu di antara tiga raksasa perusahaan bahan tambahan pangan di Indonesia. Dua perusahaan lain saingan Ajinomoto ialah Miwon dan Sasa. Sama dengan Ajinomoto, dua perusahaan MSG itu juga berbasis di Jawa Timur. Belum lagi pabrik-pabrik kecil MSG yang bertebaran di Jawa Timur.

Kendati begitu, Ajinomoto tetap bertahan dan bahkan berkembang. Direktur dan Factory Manager PT Ajinomoto Indonesia, Yudho Kusbandriyo, mengatakan bahwa pihaknya optimistis produksi perusahaannya mengalami pertumbuhan tiga sampai empat persen hingga akhir 2018, kendati perekonomian Indonesia tengah slowdown.

"Kondisi ekonomi seperti sekarang kan tidak hanya Indonesia saja, tapi juga di negara-negara lain juga ikut slowdown. Tapi dibandingkan tahun lalu, masih tumbuh sekitar tiga hingga empat persen," kata Yudho.

Untuk menggenjot itu, Ajinomoto menggenjot ekspor. Saat ini, kata Yudho, ekspor produknya 30 sampai 40 persen dari total produksi sebanyak 150 ribu ton per tahun. "Kalau inginnya setinggi-tingginya, tapi melihat situasi ekonomi yang ada, di target tersebut sudah bagus," ujar Yudho menjawab pertanyaan soal target.

Foto: aktivitas produksi di Pabrik Ajinomoto Mojokerto

Stigma Micin

Yudho menyadari bahwa stigma MSG yang disebut berpengaruh negatif terhadap kesehatan kerap membuntuti. Dia memahami itu dan coba terus membendung isu tersebut melalui edukasi kepada masyarakat. Ahli digandeng untuk meneliti dan menerangkan kepada publik.

Yudho juga menegaskan bahwa Ajinomoto membuka diri kepada masyarakat untuk melihat produksi secara langsung sekaligus memperoleh penjelasan secara ilmiah tentang MSG. "Agar clear dan masyarakat tahu bahwa MSG tidak berbahaya untuk kesehatan," ujarnya.

Ahli gizi yang meneliti soal MSG, Nurhidayat Pua Pua, mengatakan bahwa MSG justru bermanfaat pada tubuh. Karena itu, mengonsumsi micin aman.

"Ada beberapa manfaat MSG, namun memang juga banyak informasi negatif tentang MSG berkembang di kalangan masyarakat," tuturnya.