Bisnis Franchise Disebut Tahan Gejolak Ekonomi
- IFBC 2017
VIVA – Perkembangan ekonomi pada tahun ini hingga 2019 yang diproyeksikan banyak pihak memiliki tantangan besar, diklaim, tidak berdampak buruk terhadap bisnis waralaba atau franchise di Indonesia.
Ketua Asosiasi Franchise Indonesia, Andrew Nugroho, mengatakan, pertumbuhan bisnis franchise hingga akhir 2018 diperkirakan mencapai 5-6 persen. Meski terbilang stagnan, ditegaskannya hal itu merupakan capaian yang baik lantaran setiap tahunnya mampu tumbuh di kisaran angka itu.
"Itu dari penjualan franchise-nya ya. Tapi kalau dari penjualan produknya berkembang cukup pesat lebih dari itu. Itu mungkin bisa sampai hampir 10 persen karena banyak yang buka cabang di berbagai kota," katanya saat ditemui di Balai Kartini, Jakarta, Jumat 23 November 2018.
Pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional yang stagnan serta cenderung melambat, serta fluktuasi nilai tukar, khususnya nilai tukar rupiah yang masih belum stabil, ditegaskannya tidak memengaruhi perkembangan bisnis model franchise, sehingga masih bisa terus tumbuh.
"Terus terang kalau saya sendiri kan pelaku bisnis franchise di bidang makanan kuliner itu sih enggak terlalu berasa. Jadi tetap kita bisa mengalami pertumbuhan, meskipun enggak besar di sekitar 5 persen itu tetap kita bisa tumbuh," ungkap dia.
"Saya pikir enggak terlalu banyak (terdampak), karena sekarang bisnis-bisnis itu pakai bahan baku lokalnya sudah cukup banyak. Sudah sedikit sekali yang pakai bahan baku impor," dia menambahkan.
Dia juga mengungkapkan, harga-harga jual produk-produk bisnis franchise barang dan jasa tidak mengalami lonjakan yang signifikan akibat perkembangan ekonomi tersebut. Lantaran, inflasi yang stabil dan daya beli masyarakat yang masih baik mampu membuat harga jual terjaga.
"Kami ngikutin (kenaikan harga) kurang lebih sama kayak inflasi. Jadi sekitar 4,5 sampai lima persen. Wajar sih kalau empat lima persen itu masih wajar, karena semua biaya-biaya sewa bahan baku naik. Sebagian besar sudah naik sih," papar Andrew.
Dia pun optimistis, perkembangan bisnis franchise hingga tahun depan masih bisa melonjak tinggi, yakni dua kali lipat dari 250 lebih franchise yang sudah terdaftar di Indonesia saat ini. Baik untuk franchise lokal maupun asing yang saat ini perbandingannya 70 banding 30 persen.
"Asing 30 persen. Konsep-konsep lokal tuh sudah banyak yang bagus-bagus sekarang ini. Banyak anak-anak muda yang menarik-menarik bisnisnya. Yang lokal tambah lebih banyak. Lokal mungkin tumbuh 10 sampai 11 persen," ungkapnya.