ESDM Optimistis Investasi EBT Tercapai 70 Persen dari Target 2018

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Sidrap, Sulawesi Selatan
Sumber :
  • VIVA/Purna Karyanto

VIVA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat realisasi investasi di sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) hingga kuartal III-2018 sekitar US$800 juta. Angka ini masih jauh dari target atau sekitar 40 persen dari yang ditetapkan sebesar US$2,01 miliar. 

Direktur Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengatakan, setidaknya pihaknya masih optimistis mencapai 70 persen dari target. Masih rendahnya investasi itu lebih disebabkan banyaknya kontraktor di sektor panas bumi yang menunda pengeboran. Apalagi, panas bumi ditargetkan penyumbang terbesar investasi sektor EBTKE. 

"Ya bisa lah dengan panas bumi yang beroperasi sampai akhir tahun, sekitar 70-an persen (realisasi investasi akhir tahun)," ujar Rida di kantornya, Jumat 26 Oktober 2018. 

Ia menjelaskan, penyebab utama yang membuat investasi terganggu itu adalah Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) kontraktor pengembangan panas bumi belum dikeluarkan. Diharapkan hal itu akan bisa segera diselesaikan sebelum akhir tahun.

"Kebanyakan karena DPT belum keluar, itu mudah-mudahan dengan panas bumi nanti bisa tercapai. Logikanya kalau bisa dikawal sampai Desember, mudah-mudahan bisa," katanya. 

Investasi khususnya panas bumi sendiri ditargetkan dapat mencapai target US$1,2 miliar hingga akhir tahun. Panas bumi menjadi sektor yang sangat diharapkan ketimbang sektor aneka EBT, konservasi energi ataupun bio energi. 

Rida menyebutkan, kontraktor besar panas bumi seperti Star Energy dan Pertamina juga menunda pengeboran, sehingga realisasi investasi pun sedikit terganggu. 

"Komponen investasi panas bumi itu signifikan sehingga capaian realisasi investasi melambat," katanya. 

Berdasarkan catatan Ditjen EBTKE, target investasi tahun ini yang sebesar US$2,01 miliar memang lebih tinggi ketimbang realisasi investasi tahun sebelumnya. Untuk 2017, realisasi investasi sebesar US$1,34 miliar, 2016 sebesar US$1,57 miliar. Sementara itu, pada 2015 sebesar US$1,03 miliar dan 2014 sebesar US$640 juta.