Harga Beras Semua Jenis Naik Selama September 2018

Pemerintah Tetapkan Harga Eceran Tertinggi Beras
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Makna Zaezar

VIVA – Badan Pusat Statistik mencatat, pada September 2018 terjadi kenaikan harga beras di tingkat penggilingan untuk semua jenis beras berdasarkan tingkat kualitasnya. Baik untuk beras dengan kualitas premium, medium, maupun yang berkualitas rendah.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, untuk rata-rata harga beras dengan kualitas premium, naik sebesar 1,20 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya, atau menjadi seharga Rp9.572 ribu. Sedangkan, untuk kualitas medium naik 1,50 persen atau menjadi seharga Rp9.310, dan kualitas rendah naik 1,65 persen atau menjadi seharga Rp9.125 per kilogram.

"Ada dua komoditas yang harganya naik tipis, yakni kentang dan beras. Beras naik 0,29 persen, karena itu sumbangan ke inflasi hanya 0,01 persen. Ini biasa saja," kata dia di kantornya, Senin 1 Oktober 2018.

Kenaikan harga beras tersebut sejalan dengan adanya kenaikan harga Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling, baik ditingkat petani maupun penggilingan untuk semua kualitas di September 2018.

Suhariyanto menyebutkan, rata-rata harga GKP ditingkat petani pada September 2018 seharga Rp4.899 per kilogran atau naik 2,40 persen di bandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, untuk rata-rata harga GKG di petani seharga Rp5.399 atau naik 1,71 persen dan ditingkan penggilingan seharga Rp5.501 atau naik 1,86 persen.

"Karena September ini jumlah dari panen raya mulai berkurang, tetapi kualitas gabahnya sebetulnya juga lebih bagus. Tercermin dari hasil pemantauan kita di 1.708 transaksi penjual gabah di 30 provinsi. Di sana tercatat bahwa gabah kering panennya sebesar 76,4 persen sementara yang berkualitas rendah hanya sedikit, hanya 12,76 persen," tegas dia.

Meski komoditas beras tersebut mengalami kenaikan harga, namun Suhariyanto menegaskan bahwa dampaknya terhadap inflasi tidak besar terhadap kelompok pengeluaran bahan makanan. Karenanya, pada September 2018 kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 1,62 persen.

"Situasi sekarang agak berbeda dengan tahun lalu. Tahun lalu cadangan beras Bulog enggak aman hanya 900 ribu. Sekarang relatif aman bahwa dari impor 1,5 juta serapan 900 ribu jadi ada 2,4 juta," ungkap dia.

"Dengan cadangan Bulog yang cukup, harga beras akan tetap stabil. Jadi situasinya agak berbeda. Tapi harga tergantung supply demand dan terhadal stok, jadi stok kita jauh lebih bagus."