Tantangan dan Peluang Kembangkan Pasar Keuangan Syariah di Indonesia
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA – Direktur Bisnis Small Medium Enterprise dan Komersial BNI Syariah, Dhias Widhiyati menjelaskan, hingga saat ini, posisi pangsa pasar keuangan syariah Indonesia masih berada jauh di bawah Iran, Mesir, atau bahkan Malaysia.
Dia menjabarkan, hingga saat ini pembagian porsi pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia hanya sekitar 5,7 persen, dibanding dengan keuangan konvensional sebesar 94,3 persen.
"Bahkan di Malaysia, market share keuangan syariah ini masih jauh lebih bagus dari Indonesia," kata Dhias dalam sebuah diskusi di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu 26 September 2018.
Dhias menilai, pola pertumbuhan keuangan syariah yang sifatnya organik, merupakan satu alasan kenapa perbankan syariah tidak bisa bertumbuh secara cepat dibanding sistem perbankan konvensional. "Tapi perbankan syariah punya pertumbuhan yang lebih tinggi di sektor industri," ujarnya.
Saat ditanya bagaimana cara mengeksplorasi sistem keuangan dan perbankan syariah agar bisa memiliki pangsa pasar yang lebih besar, Dhias pun menjabarkan peluang dan tantangannya.
Menurutnya, kesadaran terhadap hal-hal berbau lifestyle yang marak di era saat ini, merupakan peluang bagi industri perbankan syariah untuk berkembang lebih maju.
Jika halal lifestyle bisa membentuk suatu ekosistem, seperti misalnya industri makanan halal, fashion halal, rumah sakit, kesehatan dan wakaf produktif, maka pengembangan keuangan dan perbankan syariah pun bisa semakin maju ke depannya.
"Islamic fashion Indonesia itu sudah jadi kiblat di dunia. Mereka punya market di Asia tenggara, bahkan di UEA. Potensi Islamic tourism itu bisa mencapai Rp135 triliun, pendidikan Islami Rp40 triliun, haji dan umrah sekitar Rp120 triliun, Islamic fashion Rp190 triliun, dan industri halal food mencapai Rp2.300 triliun," ujarnya.