5 Perubahan Hidup yang Bikin Pola Asuransi Kamu Harus Diubah
- Pixabay
VIVA – Minat orang Indonesia dalam berasuransi perlahan tapi pasti terus meningkat. Paling tidak bila kita melihat tren pertumbuhan penetrasi asuransi jiwa hingga 2017 lalu.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia mencatat, hingga akhir tahun lalu angka penetrasi asuransi jiwa mencapai 7,1 persen. Angka itu didapatkan dari total jumlah tertanggung perorangan terhadap jumlah penduduk.
Perinciannya, jumlah tertanggung perorangan naik 4,5 persen menjadi 18,49 juta orang. Sedangkan, jumlah tertanggung kumpulan meningkat menjadi 47,074 juta orang atau tumbuh 19 persen.
Sehingga sampai kuartal IV 2017, ada 65,53 juta orang Indonesia yang tercatat sebagai tertanggung asuransi. Dua tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan jumlah tertanggung asuransi jiwa di Indonesia adalah sebesar 9,2 persen per tahun. Ini belum menghitung pertumbuhan asuransi umum.
Yang pasti, dari angka tersebut kita bisa melihat, minat orang Indonesia dalam berasuransi semakin meningkat walau masih perlahan. Dalam pengelolaan keuangan pribadi, melengkapi kebutuhan asuransi adalah tindakan ketiga yang penting dilakukan setelah membayar utang dan menyusun dana darurat.
Melalui asuransi, risiko finansial seseorang bisa lebih terkelola. Apa saja risiko finansial tersebut? Antara lain, risiko finansial yang timbul ketika pencari nafkah keluarga meninggal dunia, risiko finansial saat anggota keluarga jatuh sakit, sampai risiko keuangan ketika kendaraan pribadi membutuhkan perbaikan.
Kebanyakan orang yang sudah membeli asuransi, seringkali tidak lagi terlalu memikirkan apakah produk asuransi yang mereka beli masih memadai dengan kondisi terkini mereka. Atau, jangan-jangan malah overinsurance.
Sebagai contoh, ketika masih lajang dahulu, kamu membeli asuransi kesehatan agar risiko finansial akibat sakit bisa terkelola. Setelah itu kamu menikah dan sebentar lagi memiliki bayi.
Kebutuhan asuransi saat masih lajang dibandingkan saat sudah menikah dan memiliki anak tentu berbeda. Misalnya, kebutuhan asuransi jiwa menjadi ada karena peran kamu kini adalah sebagai kepala keluarga dan ayah.
Perubahan hidup apakah itu pernikahan, kelahiran anak, pekerjaan baru, keputusan bersekolah lagi, pensiun dini dan hal-hal lain yang signifikan mengubah pola konsumsi seseorang, membutuhkan juga evaluasi tentang kecukupan asuransi.
Berangkat dari pemahaman bahwa asuransi adalah strategi pengelolaan risiko finansial yang tepat agar stabilitas keuangan selalu terjaga. Apakah pertanggungan asuransi jiwa seseorang yang dulu berpenghasilan Rp5 juta dan kini gajinya Rp15 juta, tidak ikut berubah? Kemungkinan besar akan ikut berubah karena penghasilan hampir pasti memengaruhi pola konsumsi seseorang. Tingkat pengeluaran atau kebutuhannya pun menjadi berbeda.
Berikut ini beberapa kondisi di mana seseorang perlu mengevaluasi lagi kebutuhan asuransi mereka, apakah sudah memadai, perlu ditambah atau perlu dikurangi. Dengan begitu pengeluaran finansial untuk membiayai premi asuransi bisa lebih efisien.
Apa saja kondisi yang sebaiknya mendorong kita mengevaluasi lagi kebutuhan asuransi? Inilah 6 di antaranya seperti dikutip oleh situs perbandingan dan pengajuan produk keuangan, termasuk asuransi, HaloMoney.co.id dari berbagai sumber:
1. Baru menikah
Asuransi yang perlu dievaluasi antara lain asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan pribadi, asuransi kerugian. Asuransi jiwa sebagai contoh, status menikah membuat kamu kini menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab dan menanggung hidup keluarga.
Kamu bisa menimbang untuk membeli asuransi jiwa untuk mengelola risiko finansial bila mendadak pencari nafkah meninggal dunia. Sedangkan asuransi kesehatan juga otomatis akan ikut bertambah setelah menikah terutama bila pasangan belum memiliki asuransi. Premi asuransi jiwa sekeluarga biasanya bisa mendapatkan diskon harga ketimbang asuransi sendiri-sendiri.
Begitu juga kebutuhan asuransi rumah. Setelah menikah, kamu dan pasangan tinggal serumah membawa barang masing-masing yang sudah ada sebelumnya. Bertambahnya barang di rumah, nilainya juga ikut naik. Untuk mengelola risiko rumah dari kebakaran, pencurian, dan lain-lain, kamu mungkin perlu menimbang asuransi kerugian.
2. Jumlah anggota keluarga bertambah
Jumlah anak bertambah, menanggung orangtua atau saudara, otomatis jumlah tanggungan bertambah. Ada baiknya, kamu mengecek apakah asuransi yang kamu miliki saat ini masih memadai dengan jumlah tanggungan yang bertambah tersebut. Jangan lupa pula menambahkan nama penerima manfaat (beneficiary) dari yang semula mungkin nama istri dan anak pertama, tambahkan menjadi anak kedua, ketiga, dan seterusnya.
Asuransi kesehatan juga perlu kamu cek lagi seiring penambahan jumlah anggota keluarga. Pertambahan anggota keluarga berarti risiko finansial akibat kondisi kesehatan juga meningkat. Hubungi agen asuransi untuk membicarakan penambahan polis agar seluruh anggota keluarga bisa dilindungi oleh asuransi.
3. Memiliki rumah atau mobil baru
Rumah baru membutuhkan asuransi yang sesuai dengan nilai rumah tersebut. Sebagai gambaran, rumah di Kota Tangerang dengan nilai pasar antara Rp1 miliar-Rp1,5 miliar, premi asuransi rumah bisa didapatkan mulai Rp491 ribu per tahun atau Rp40 per bulan. Dengan premi sebesar itu, rumah kamu bisa mendapatkan perlindungan dari risiko kebakaran, petir, kejatuhan pesawat terbang dan ledakan asap (FLEXAS).
Begitu juga bila kamu baru saja membeli mobil baru. Di kawasan padat seperti Jabodetabek, risiko menghadapi kecelakaan ringan seperti tergores kendaraan lain saat berkendara di jalanan, sampai risiko pencurian pun cukup besar. Lengkapi mobil baru kamu dengan perlindungan asuransi sehingga risiko asuransi finansial bisa lebih terkendali.
4. Renovasi rumah
Asuransi yang perlu dievaluasi antara lain adalah asuransi rumah. Apapun yang meningkatkan nilai rumah seperti penambahan kamar mandi, kolam renang atau penambahan lantai rumah, berpeluang ikut menaikkan pula kebutuhan asuransinya.
Tapi, apabila rumah kamu dilengkapi dengan detektor asap, alarm kebakaran dan fitur keamanan lain, beban premi asuransi rumah bisa lebih murah.
5. Semakin jarang menyetir
Kamu sudah memiliki mobil dan telah melengkapinya pula dengan asuransi. Namun, kemacetan yang semakin menggila membuat kamu akhirnya beralih memakai kendaraan umum atau public transportation. Mobil pun semakin jarang kamu kendarai.
Alhasil, risiko seharusnya juga ikut menurun. Bila demikian, kamu bisa menghubungi perusahaan asuransi mobil dan menegosiasikan biaya premi asuransi mobil yang lebih murah.
Itulah beberapa kondisi perubahan dalam hidup di mana seseorang perlu mengecek lagi asuransinya, apakah masih memadai atau perlu diubah. Selamat berasuransi.