Penerimaan Migas Disebut Lebih Besar dari Defisit Perdagangannya
- ANTARA FOTO/ADV
VIVA – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar, mengklaim, defisit neraca perdagangan di sektor migas bisa ditutup oleh penerimaan negara dari sektor itu.
Arcandra menjelaskan, berdasarkan data Kementerian ESDM, hingga semester I-2018 defisit perdagangan dari sektor migas tercatat sebesar US$1,4 miliar. Sementara itu, penerimaan negara dari sektor migas lebih besar yakni senilai US$2,1 miliar.
"Itu kalau saya tidak salah sampai semester I, itu defisit (perdagangan dari migas) US$1,4 miliar tapi penerimaan migas itu US$2,1 miliar, jadi masih surplus dibanding dengan penerimaan itu," kata Arcandra di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu 1 Agustus 2018.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan, defisit neraca perdagangan Indonesia penyumbang terbesarnya adalah defisit di sektor migas.
Dia menjelaskan, secara total, defisit neraca perdagangan Indonesia sebetulnya tidaklah besar yaitu hanya US$1,03 miliar.
"Tetapi kalau dilihat migas saja berapa defisitnya? Itu US$5,4 miliar. Nonmigas surplus, tapi hanya US$4,4 miliar. Sehingga totalnya defisit US$1,03 miliar. Itu yang kita harus atasi," kata Darmin di kantornya, beberapa waktu lalu.
Ia melanjutkan, di dalam sidang kabinet telah diputuskan bahwa pemerintah akan meningkatkan pelaksanaan mandatori penggunaan bauran minyak sawit dalam bahan bakar solar (Biodiesel 20/B20). Jika B20 itu bisa betul terlaksana hingga 90 persen, dipastikan akan bisa menghemat devisa dan mengurangi defisit neraca perdagangan.