Bos Inalum Klaim Mampu Beli Saham Freeport

Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin di Gedung DPR RI
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA - PT Indonesia Asahan Alumunium atau Inalum menyatakan kemampuan keuangan perusahaan untuk menguasai 51 persen saham PT Freeport Indonesia. Pendapatan perusahaan dinilai mampu untuk melunasi pinjaman senilai US$3,85 miliar atau setara dengan Rp55 triliun itu.

Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin menegaskan, pihaknya mampu melunasi utang yang berasal dari pinjaman bank luar negeri tersebut. Perbankan, kata dia, ketika memberi pinjaman tentu akan melihat pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (Ebitda).

"Kalau di bank, biasanya tuh, (pinjaman) tiga kali ebitda, itu yang konservatif. Kalau yang progresif-pogresif itu banyak pengusaha-pengusaha bisa dua puluh kali ebitda. Nah, untuk teman-teman pahami ebitda Freeport ini 4 miliar dolar AS," kata Budi di Gedung Parlemen, Senin malam, 24 Juli 2018.

Mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini menegaskan, secara konservatif, pinjaman dengan besarnya tiga kali ebitda masih mungkin dilakukan. "Jadi, bank yang konservatif melihat kalau dia pinjamannya di bawah US$12 miliar, which is tiga kali ebitda dia masih kasih," katanya.

Ia melanjutkan, dengan pinjaman hanya sebesar US$3,85 miliar, maka itu masih di bawah satu kali ebitda Freeport Indonesia setahun yakni sebesar US$4 miliar. "Itu sebabnya, kalau semua bank mau kasih," ujarnya.

Tak pakai uang kas

Ia melanjutkan, kas internal perusahaan kemungkinan besar tidak akan dipakai untuk membiayai divestasi tersebut. Disebutkannya, Inalum saat ini memiliki dana sebesar Rp20 triliun.

"Kalau misalnya banknya meminta Inalum, kan sekarang kan punya sekitar Rp20 triliun cash. Jadi, sekitar 1, sekian miliar USD. Tapi kalau buat teman-teman yang memahami transaksi akuisisi, kalau makin sedikit equity-nya makin tinggi arm and arm-nya," katanya.

Sementara itu, Direktur Keuangan Inalum, Orias Petrus Moedak mengatakan bahwa pinjaman ini tidak akan memengaruhi keuangan anak usaha Inalum seperti PT Antam, PT Bukit Asam, dan PT Timah. Menurutnya, kas internal tidak akan dipakai untuk mendanai pembelian saham ini.

"Enggak akan membebani anak usaha. Enggak perlu pakai (dana internal) . Diusahakan enggak uang sendiri," ujarnya.