Pembangunan Bandara Baru di Yogyakarta Terlambat 10 Tahun
- Biro Pers Setpres
VIVA – Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan, pembangunan bandara baru di Yogyakarta sebenarnya sudah terlambat. Yogyakarta seharusnya sudah mempunyai bandara baru sejak 10 tahun lalu.
Faik menyatakan, kondisi Bandara Adisutjipto Yogyakarta saat ini sudah tidak mampu menampung intensitas penerbangan yang ada. Apalagi, jika dituntut untuk meningkatkan layanan kepada pengguna jasa penerbangan.
“Tadi pagi sebelum mendarat di Adisutjipto, pesawat yang saya tumpangi harus berputar di udara hingga 10 kali. Ini berbahaya,” kata Faik di sela deklarasi Komunitas Ekonomi DIY di Yogyakarta, Senin 16 Juli 2018.
Karena itu, ujarnya, pembangunan bandara baru Yogyakarta (New Yogyakarta International Airport–NYIA) akan sangat bermanfaat bagi perkembangan perekonomian di DIY dan sekitarnya. Meskipun memang seharusnya sudah dilakukan sejak lama.
“Saya katakan, sudah terlambah 10 tahun,” ucapnya.
Bandara baru Yogyakarta ini, imbuhnya lagi, memiliki luas kawasan yang mencapai 15 kali dibandingkan dengan Bandara Adisutjipto. Selain itu, bandara baru akan mampu melayani penumpang 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan bandara yang digunakan saat ini.
Faik menambahkan, keberadaan bandara baru itu nantinya juga akan membuka banyak peluang usaha dan lapangan kerja. Upaya itu pada akhirnya bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara nasional.
"Karena itu masyarakat harus mempersiapkan diri agar dapat meraih peluang dengan keberadaan bandara baru," tuturnya.