Integrasi PGN-Pertagas Bisa Efektif Berantas Calo Gas
- ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
VIVA – Integrasi PT Pertamina Gas (Pertagas) ke dalam PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) bakal mempermudah target pemerintah menciptakan harga gas yang lebih terjangkau bagi pelanggan industri dan rumah tangga di Indonesia.
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara menuturkan, subholding gas yang terbentuk dari penyatuan dua BUMN itu bakal mempersempit ruang gerak calo-calo gas yang selama ini membuat harga gas ke tangan pengguna menjadi tinggi.
Ia menuturkan, selama ini banyak perusahaan yang tidak memiliki jaringan pipa justru memperoleh alokasi gas dan memungut margin tinggi sehingga menyebabkan harga jual gas menjadi mahal.
Tingginya harga gas di Indonesia, lanjut dia, membuat daya saing industri menjadi rendah sehingga mengurangi produksi. Ujungnya, pajak penghasilan industri tersendat sehingga praktik calo gas sangat merugikan negara.
"Momentum subholding gas ini seharusnya membuat pemerintah bertindak tegas bahwa broker gas harus hilang. Supaya harga gas yang dibayar konsumen murni sesuai dengan harga gas di hulu ditambah biaya penyaluran di midstream dan downstream saja," kata Marwan dalam keterangannya, Kamis 12 Juli 2018.
Selain itu, kata Marwan, efisiensi biaya operasional dan investasi yang tercipta dengan terintegrasinya bisnis PGN dan Pertagas, tidak bisa serta merta menekan harga gas secara signifikan tanpa adanya dukungan dari pemerintah.
PGN dan Pertagas sebagai penguasa 96 persen pipa transmisi dan distribusi di Indonesia membutuhkan dukungan tersebut demi menciptakan harga gas yang lebih terjangkau bagi para pelanggannya.
"Pemerintah yang akan berhadapan dengan broker ini yang punya kekuatan besar. Dengan penggabungan itu memang harapan kita bisa diperoleh sinergi yang membuat harga gas lebih rendah," ungkapnya.
Jangan Jual ke Calo
Tak sampai di situ, Marwan menegaskan bahwa sebagai pemilik 100 persen saham PT Pertamina selaku induk usaha dari PGN, Pemerintah harusnya bisa menginstruksikan kepada PGN untuk tidak lagi menjual gas kepada para calo sehingga tujuan menyediakan harga energi yang lebih murah bisa tercapai.
Sebelumnya, Direktur Utama PGN Jobi Triananda Hasjim mengatakan hilangnya kompetisi usai perusahaannya mengakuisisi 51 persen saham Pertagas bisa menciptakan banyak hal positif ke depan.
Menurut Jobi, selama ini di lapangan kedua perusahaan saling bersaing dalam membangun pipa gas demi melayani pelanggannya masing-masing. Namun setelah akuisisi, PGN bisa menyelaraskan biaya investasi pembangunan pipa yang selama ini tumpang tindih dengan Pertagas.
Dengan begitu, lanjut dia, biaya investasi infrastruktur akan lebih rendah sehingga harga gas bisa diupayakan ditekan menjadi lebih murah.
“Itu yang kita upayakan, dapat menjual gas sesuai harga dari Peraturan Menteri yang baru. Supaya pemerintah bisa menepati janjinya, supaya konsumen bisa dapat harga yang optimal," jelas Jobi. (ren)