BUMN Buka Akses Pasar ke Petani Lewat Digitalisasi
- ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
VIVA – Pemerintah terus berupaya mendorong kesejahteraan petani, salah satunya melalui kewirausahaan pertanian serta digitalisasi pertanian. Program kewirausahaan pertanian buat petani menjadi pemilik bersama atas entitas bisnis, sehingga berikan keuntungan maksimal bagi para petani.
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan, program ini dapat meningkatkan posisi para petani, dari yang hanya sebagai penggarap lahan yang tidak memiliki akses pasar dan kendali pada harga produksi, menjadi pemilik entitas bisnisnya.
Program ini, kata dia, baru diimplementasikan di sembilan kabupaten di Jawa Barat, yaitu Indramayu, Karawang, Purwakarta, Majalengka, Sumedang, Cianjur, Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya. Namun, pada 2019 ditargetkan sudah bisa diimplementasikan diseluruh provinsi di Indonesia.
"Sejauh ini, tahap-tahap awal yang menjadi kunci program Kewirausahaan Pertanian telah diwujudkan dalam bentuk piloting berupa entitas-entitas bisnis PT Mitra BUMDES Bersama atau MBB berbasis kerja sama komunitas di sebelas kecamatan dalam sembilan kabupaten,” katanya saat ditemui di Kantor BUMN, Senin 9 Juli 2018.
Sementara itu, untuk digitalisasi pertanian, dilakukan melalui aplikasi yang disebut Logistik Tani atau Logtan. Aplikasi ini nantinya sebagai platform digital yang mengintegrasikan empat siklus pertanian yakni pratanam, tanam, panen, pasca panen. Adapun PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) ditunjuk untuk mengembangkan aplikasi ini.
Direktur Digital dan Strategic Portfolio Telkom, David Bangun mengaku optimis jika program ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan para petani. Ia menerangkan, keberadaan Logtan sendiri ditujukan untuk memastikan keterpaduan, validitas, dan akurasi berbagai data pertanian.
Selain itu, kata dia, melalui Logtab juga dapat dilakukan pendataan petani, lahan, dan aktivitas pertanian lainnya yang dapat digunakan dalam pemprosesan layanan pertanian seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat), AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi), penyerapan beras, serta pembelian saprotan (sarana produksi pertanian).
"Informasi yang terekam dalam Logtan telah divalidasi langsung ke lapangan dan dilengkapi dengan dokumen pendukung (foto petani, foto lahan, dokumen KTP, dan dokumen KK)," ujar David.
David menambahkan, digitalisasi sistem pertanian akan membuat pengelolaan bisnis yang modern dalam Kewirausahaan Pertanian, termasuk pemanfaatan perangkat ERP (Enterprise Resource Planning) dan POS (Point of Sales) oleh petani.
ERP memungkinkan alur pendanaan, bahan baku, produksi, dan sistem pendukung dapat diperbaharui secara cepat dan dipantau secara akurat.
Mudahkan Penjualan
Sementara POS akan memudahkan proses penjualan dan pemantauan data-data penjualan. POS telah terintegrasi dengan ERP, sehingga seluruh aktivitas MBB di seluruh Indonesia dapat teragregasi dan termonitor langsung untuk level nasional.
“Dengan skala penyerapan yang memadai, Mitra BUMDes dapat melakukan akses pasar dan memberikan harga yang lebih menguntungkan bagi petani. Terlebih, keuntungan penjualan langsung dirasakan petani,” ujarnya.
Program Kewirausahaan dan Digitalisasi Pertanian ini didukung sinergi sejumlah BUMN, diantaranya PT Telkom Indonesia Tbk, PT Pupuk Indonesia, Bank BTN, Bank BNI, Bank BRI, Bank Mandiri, Perum Bulog, RNI, Askrindo, Jasindo, Pertani, Sang Hyang Seri, Pegadaian, Permodalan Nasional Madani, Perusahaan Perdagangan Indonesia dan Mitra BUMDes Bersama. (ren)