Cari Pembiayaan Alternatif, PTPN Holding Gandeng PINA

MoU antara PTPN III dengan PINA Center di Kementerian PPN/Bappenas.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas melalui Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah atau PINA Center menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding dengan PT Perkebunan Nusantara III.

Kerja sama ini dalam rangka melakukan terobosan dalam strategi pengembangan bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui pemanfaatan sumber pembiayaan alternatif, dari dana jangka panjang milik publik yang dikemas dalam skema creative financing.

Penandatanganan nota kesepahaman bersama mengenai kerja sama fasilitasi PINA ini dilakukan antara Direktur Utama PTPN Holding, Dolly P. Pulungan dengan Chief Executive Officer (CEO) PINA Center, Eko Putro Adijayanto yang disaksikan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro.

Dalam sambutannya, Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, PINA siap menjalankan tugas sesuai mandatnya yakni memperkuat ekuitas atau modal PTPN III dalam melakukan investasi.

"Rencananya nanti fokus investasinya adalah untuk downstreaming atau hilirisasi. Karena kan tujuan holding dari seluruh BUMN perkebunan adalah hasil perkebunan," kata Bambang dalam sambutannya, Jumat 8 Juni 2018.

Menurut Bambang, PINA merupakan suatu langkah berpikir yang out of the box dalam upaya memenuhi kebutuhan pembiayaan investasi dengan memanfaatkan skema pembiayaan alternatif non anggaran pemerintah untuk menjawab tantangan dari keterbatasan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk BUMN.

"Ini upaya dari PINA untuk membantu. Karena investasi tidak murah, butuh modal kuat. Ini yang difasilitasi oleh PINA baik dari dalam dan luar negeri," ujarnya.

Bambang menjelaskan, instrumen yang bisa digunakan adalah seperti surat berharga obligasi, surat berharga perpetual atau perpetual notes yang bisa dalam bentuk equity, debt atau near equity. Selain itu, instrumen pembiayaan lainnya juga bisa melalui Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT).

"Dengan adanya berbagai instrumen ini kami dorong alternatif financing. Tidak harus penyertaan modal negara tapi juga dari market," ujarnya.

Ia pun berharap progres hilirisasi dari PTPN III bisa memberikan gairah bagi investor untuk berinvestasi. "Sehingga ada appetite, keinginan dari investor membantu PTPN III sebagai induk perusahaan perkebunan BUMN," ujarnya.

Sementara itu, Eko Putro Adijayanto menjelaskan, pihaknya berperan mempertemukan kepentingan investor dengan cara mengidentifikasi investment appetite, area fokus investasi, menjajaki kesiapan investor dalam penyertaan ekuitas ataupun penyediaan pinjaman.

Di sisi lain, PINA Center juga mengidentifikasi kepentingan investee (pemilik proyek) seperti pipeline proyek, kesiapan proyek, struktur proyek dan opsi instrumen yang sesuai dengan appetite dari investor.

"Untuk menjembatani kepentingan investor dan investee, PINA Center mengembangkan kerja sama untuk memfasilitasi investor potensial dengan investee yang tepat," ujarnya.

Sementara itu, Dolly P. Pulungan mengatakan, perseroan membutuhkan dana sebanyak Rp16 triliun untuk pengembangan pabrik etanol, pabrik ban motor roda dua hingga pabrik minyak goreng yang dibangun tahun ini. Ia berharap PINA mampu memfasilitasi untuk memperoleh pembiayaan.

"Pabrik etanol itu dalam tahun ini ada dua, pabrik ban satu. Terus minyak goreng satu. Satu lagi nanti pabrik ban roda dua. Lokasinya, di Sumatera dan Jawa," kata Dolly.