Dampak Menguatnya Dolar ke Industri Manufaktur

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Industri manufaktur dipastikan akan terus tumbuh signifikan di tengah sejumlah hambatan ekonomi global. Sektor manufaktur Tanah Air dipastikan tetap kuat meski gempuran impor terus terjadi.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar mengatakan sektor industri manufaktur akan terus tumbuh, meski ada hambatan perang dagang AS-China dan menguatnya dolar Amerika Serikat.

Menurut dia, hal itu saat ini memang berdampak cukup besar pada impor bahan baku yang meningkat di tengah pendorongan kapasitas produksi. Bahkan, laju impor lebih cepat dari ekspor.
 
“Saat ini komposisi bahan baku dan bahan penolong sektor industri sebesar 75 persen berasal dari impor. Kemenperin terus berupaya mendorong agar ekspor juga cepat, orientasi kita saat ini untuk bisa menghambat impor terkait produk jadi,” kata Haris dalam keterangannya, Rabu 6 Juni 2018.

Menanggapi kondisi tersebut, Haris mangakui, terus memberikan dukungan ketersediaan bahan baku dan regulasi Pemerintah, industri harus mampu berinovasi agar tidak terlalu dibanjiri impor.

Selain itu, industri harus siap berkompetisi dengan importir untuk mengurangi ketergantungan impor terhadap asing. Kompetisi ini dinilai efektif untuk mengurangi angka impor sekaligus meningkatkan kualitas barang dalam negeri.

“Kita punya beberapa program, salah satunya saat ini sedang dikembangkan penggantian bahan baku yang selama ini impor seperti kapas, melalui pengembangan industri rayon dari kayu yang diproses sehingga bisa jadi bahan baku testil pengganti kapas," kata Haris.  

Haris melanjutkan, saat ini  seluruh sektor industri dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah, dengan demikian akan tercipta pemerataan ekonomi. Kemenperin juga tengah mendorong industri kecil dan menengah (IKM) yang bisa support kawasan industri melalui sentra IKM.  

Pertumbuhan Ekonomi

Sementara itu, lanjut Haris, keberadaan industri manufaktur masih menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi nasional, dengan didukung banyak investor mengembangkan sektor tersebut.

“Pertumbuhan industri manufaktur juga mendorong peluang lapangan kerja baru sehingga menciptakan multiplier effect serta mempercepat PDRB di daerah-daerah,” ujar Haris.

Komitmen investor baik skala nasional maupun global dalam mengembangkan sektor manufaktur juga harus dimanfaatkan dengan baik. Saat ini, banyak kawasan industri, terutama di Jawa fokus mengembangkan sektor manufaktur.

Contohnya, investor global yang membangun kota industri Karawang New Industry City (KNIC) dan menyiapkan klaster industri manufaktur, seperti material konstruksi, layanan logistik, dan fast moving consumer goods/food.  

Selain itu PT Jababeka Tbk juga menyiapkan 80 hektare lahan untuk 80 pabrik di wilayah Kendal, Jawa Barat. Perseroan juga memiliki proyek di Cikarang, Jawa Barat, yang dikembangkan sebagai kawasan industri manufaktur elektronik dan otomotif.