Diisukan Santai Soal Pelemehan Rupiah, Ini Bukti Sri Mulyani

Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani, membantah adanya persepsi yang menilai pemerintah bersikap acuh atau santai dalam menghadapi gejolak pasar keuangan global. Di mana, gejolak tersebut terus menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga mendekati Rp14.200.

Sri menegaskan, upaya pemerintah telah dilakukan di antaranya menggunakan instrumen APBN secara selektif maupun terus melakukan kerja sama dengan Bank Indonesia untuk memperkuat kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia.

"Upaya pemerintah (dalam menghadapi gejolak eksternal), adalah dengan memperkuat pondasi ekonomi yang dilalui dengan berbagi cara. Instrumen APBN kita gunakan selektif, dan kita akan terus kerja sama dengan BI untuk jaga confidence," ucap Ani, sapaan akrabnya, di kantornya, Selasa 22 Mei 2018.

Dari sisi penggunaan APBN secara lebih selektif, Ani menjelaskan, penggunaan penerimaannya tidak hanya sebatas digunakan sebagai pendapatan negara saja. Namun, juga digunakan untuk menjadi instrumen berbagai insentif untuk menjaga perekonomian Indonesia maupun struktur pondasinya

"APBN memang didesain untuk address isu yang sifatnya struktural seperti kemiskinan, pemerataan, dan faktor pondasi ekonomi yang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Maka, kita menggunakan penerimaan seperti pajak tidak hanya digunakan untuk uang negara," ucapnya.

Atas dasar itu, lanjut Ani, pemerintah saat ini terus melakukan pembaruan aturan, demi memberikan insentif, khususnya perpajakan agar memberikan daya tarik bagi investor untuk semakin giat menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya demi mendorong kegiatan ekspor.

"Ini yang akan kita lakukan, terus gunakan instrumen fiskal juga dengan policy lain. Simplifikasi pengurangan hambatan bisnis. Presiden juga minta seluruh menteri untuk meluncurkan OSS (One Single Submission) mendorong investasi," jelasnya.

Meski begitu, dia mengatakan, upaya tersebut memang tidak bisa diumpamakan seperti pemberian obat untuk menyembuhkan orang sakit. Namun, memiliki dampak menengah panjang yang terus memperkuat pondasi ekonomi Indonesia dalam menghadapi berbagai gejolak eksternal yang saat ini marak terjadi.

"Kita akan terus memperbaiki dan menumbuhkan confidence. Bahwa percaya ekonomi kita baik dan tumbuh, karena terutama di tengah kondisi global, seperti spill over policy AS tidak bisa kita kontrol, tetapi yang bisa kita kontrol adalah dampaknya terhadap ekonomi Indonesia," ujarnya.

Selain itu, dia juga mengatakan, demi memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia terhadap pengaruh gejolak eksternal, pemerintah juga terus melakukan kerja sama dengan Bank Indonesia. Terutama, demi terus memberikan kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia.

"Meski kita terus memberikan ruang untuk perubahan maupun penyesuaian. Karena, jaga ekonomi Indonesia bukan sifatnya fix, sehingga penyesuaian itu tetap bisa diwadahi dalam kerangka stabilitas. Jadi, tidak berarti dia fix, tapi dalam rentang yang memadai dan bisa kita jaga," ungkapnya.