Dramatis Greenpeace Hadang Tongkang Batu Bara di Karimunjawa
- Nugroho Adi Putra / Greenpeace
VIVA – Aktivis lingkungan hidup dunia Greenpeace melakukan aksi menghalau tongkang batu bara yang melewati kepulauan Karimunjawa. Sejumlah aktivis melakukan aksi corat coret dengan pesan 'Break Free From Coal' dan 'Coral Not Coal'.
Dikutip dari keterangan tertulis Greenpeace, Kamis 3 Mei 2018, menyebutkan aksi menghadang tongkang batu bara dilakukan pada Rabu 2 Mei 2018, sebagai protes terhadap kerusakan yang terjadi pada terumbu karang di Karimunjawa.
Greenpeace menilai kerusakan terumbu karang di daerah tersebut akan berdampak panjang terhadap perubahan iklim. Kapal Greenpeace, Rainbow Warrior kemudian mengatar tongkang batu bara keluar dari taman nasional.
Tongkang itu menjadi target Greenpeace karena membawa batu bara dari tambang di Kalimantan untuk pembangkit listrik di Jawa. Aksi damai tersebut merupakan bagian dari gerakan global Break Free terhadap bahan bakar fosil.
Berdasarkan hasil penelitian pada awal 2017, ratusan meter persegi karang hancur oleh lima kapal tongkang yang berada di perairan tersebut, saat kapal-kapal ini tengah berlindung selama badai.
"Perdagangan batu bara ini telah menghancurkan salah satu wilayah terindah di Indonesia, area yang dilindungi pemerintah sebagai taman nasional“ jelas juru kampanye Iklim dan Energi dari Greenpeace Indonesia, Didit Haryo.
Menurut dia, Kepulauan Karimunjawa adalah taman nasional yang kaya akan terumbu karang, rumput laut, hutan bakau, hutan pantai dan hutan hujan tropis dataran rendah.
Tempat ini merupakan rumah bagi tiga jenis penyu dan hampir 400 spesies fauna laut, termasuk ratusan ikan hias, menjadikannya salah satu tujuan wisata paling populer di Indonesia.
Namun keindahan alam Karimunjawa dan mata pencaharian penduduk yang bekerja di industri perikanan dan pariwisata lokal kini terancam oleh tongkang batu bara yang secara rutin melintasi perairan ini.
"Bukan hanya karang yang rusak, tetapi nelayan lokal juga terkena dampaknya. Kami khawatir jika terjadi kehancuran terumbu karang, kami akan kehilangan industri pariwisata," kata anggota komunitas Akar, Yarhannudin.
Sementara itu, pada 6 Mei 2018, salah satu acara industri batu bara terbesar di dunia sedang berlangsung di Bali. Data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa Asia Tenggara memiliki tingkat pencemaran udara ambien tertinggi di dunia.
Menurut Global Burden of Disease, polusi udara ambien bertanggung jawab atas 17.600 kematian prematur setiap dua hari di Asia pada 2015, atau 440 kematian setiap dua hari di Indonesia.
"Tongkang-tongkang ini bagian dari industri yang merusak keindahan alam Indonesia serta mencemari udara kita. Negara ini tidak layak menggunakan energi kotor, sudah saatnya pemerintah berpihak pada rakyat ketimbang industri batu bara dan segera beralih ke energi terbarukan,” ujar Didit.