Rupiah Melemah, PLN Pilih Efisiensi Ketimbang Naikkan Tarif
- Fikri Halim/VIVA.co.id
VIVA – PT PLN menyatakan selain kenaikan harga batu bara, pelemahan rupiah cukup menekan kinerja keuangan perusahaan. Apalagi, pemerintah telah memutuskan untuk tidak menaikkan tarif listrik hingga tahun 2019.
Direktur Utama PLN, Sofyan Basir mengatakan, pihaknya masih mampu bertahan untuk tidak menaikkan tarif listrik, meskipun dengan ketetapan harga batu bara dalam negeri yang dibelinya dengan harga US$70 per metrik ton.
Namun, kata dia, kurs rupiah yang sedikit 'melompat-lompat' membuat tekanan keuangan PLN yang cukup kuat.
"Kurs ya yang agak lompat-lompat. Dari kurs memang ada tekanan kepada kami," kata Sofyan ditemui usai rapat dengan Komisi VII DPR, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 24 April 2018.
Lantas, apakah PLN akan menaikkan tarif listrik dengan kondisi rupiah saat ini?
Sofyan mengatakan, pihaknya akan terus mencari efisiensi di berbagai lini usaha agar tarif listrik tetap hingga 2019.
"Ya kami nanti cari efisiensi-efisiensi lain," ujarnya.
Memang, menurutnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sangat memengaruhi suplai energi primer PLN. Hal itu lantaran, PLN membeli batu bara, minyak dan gas bumi untuk pembangkit listrik, dalam satuan dolar AS.
Meski begitu, dia kembali menegaskan, pihaknya tetap mempertahankan tarif listrik tidak akan naik hingga tahun 2019 sebagaimana arahan presiden.
"Pokoknya kuncinya bagaimana tarif itu tetap sampai 2019. Jadi efisiensi bisa kita terus laksanakan dan tarif bisa kita pertahankan dan PLN masih ada untung," tuturnya