Petani Tembakau se Asia Kumpul Bahas Peningkatan Produksi
- Dokumentasi AMTI.
VIVA – Indonesia menjadi tuan rumah Asia Tobacco Forum 2018 awal pekan ini di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pertemuan para petani tembakau internasional itu membahas dan mencari solusi dari sejumlah masalah yang menghantui sektor tersebut.
Ketua Pelaksana Harian International Tobacco Growers Association (ITGA) Antonio Abrunhosa dalam sambutannya mengatakan, beberapa isu strategis yang menjadi sorotan saat ini. Salah satunya semakin beratnya regulasi yang harus diikuti industri hilir tembakau.
"Rokok benar benar dicengkeram oleh berbagai aturan, seperti tentang regulasi yang seakan-akan ingin mengeluarkan para petani tembakau dari produk ini," ujar Antonio dikutip dari keterangan resmi, Rabu 28 Maret 2018.
Selain itu, menurutnya, hal tersebut diperburuk dengan adanya sejumlah penelitian terbaru yang menunjukkan, telah terjadi penurunan konsumsi tembakau di seluruh negara penghasil tembakau.
"Regulasi ini mulai dari produksi perkebunan hingga industri hasil tembakau," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia Budidoyo mengungkapkan, hasil produksi tembakau dalam negeri belum mencukupi kebutuhan pabrikan rokok. Hal ini memberi ruang bagi petani Indonesia untuk lebih intensif melakukan budidaya tembakau.
Ilustrasi petani tembakau.
Karena itu, menurutnya, kemitraan di tingkatan petani tembakau akan terus digalakan. Sehingga produksi bisa meningkatkan dan jumlah petani semakin bertambah.
"Keuntungannya (kemitraan), adalah memotong mata rantai tata niaga perdagangan tembakau – meningkatkan keuntungan petani dan memberikan jaminan pasar bagi petani dan jaminan pasokan tembakau berkualitas bagi pabrikan,” tegasnya.
Lebih lanjut, dia menjabarkan, perkembangan komoditas tembakau menjadi penting karena sektor ini penyerap tenaga kerja terbesar ke-5 di Indonesia. Apalagi, di sisi penerimaan, kontribusi cukai rokok terhadap APBN cukup besar sekitar 9 persen dari penerimaan perpajakan.
Karena itu, menurutnya, tidak lah berlebihan jika pemerintah mengakoomodir dengan maksimal permintaan para petani. Apalagi, permintaan itu telah digaungkan selama dalam 10 tahun terakhir.
Permintaan tersebut antara lain, pemenuhan hak untuk memberikan masukan dalam proses penyusunan kebijakan yang memiliki dampak langsung terhadap petani. Pengakuan atas kontribusi ekonomis yang signfikan dari pertanian tembakau kepada ekonomi nasional di negara-negara penghasil tembakau.
"Kemudian, pelaksanaan studi ekonomis yang menyeluruh tentang pasar tembakau, dan agar hasil studi ini dipertimbangkan dalam penyusunan kebijakan," ungkapnya.
Asia Tobacco Forum 2018
Dalam kesempatan itu, para peserta forum tersebut juga mendeklarasikan sejumlah kesepakatan. Antara lain, siap mengikuti aturan konsumsi tembakau dan memastikan tembakau adalah produk dari konsumsi yang berkelanjutan yang aman.
Forum itu pun juga sepakat, untuk mencegah dampak dari penghancuran atas pengidupan jutaan keluarga petani tembakau dan buruh di seluruh dunia.