Bank Dunia Nilai Fiskal RI Tak Berhasil Kurangi Kesenjangan

Ilustrasi Kemiskinan, Penghuni Pinggiran Rel Kereta Api
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Bank Dunia proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018, sebesar 5,3 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh momentum pertumbuhan investasi dan peningkatan permintaan dalam negeri yang terus berlanjut.

Lead Country Economist Bank Dunia untuk Indonesia, Fredrico Gill Sanders mengatakan, dengan meningkatnya permintaan dalam negeri yang tinggi, kontribusi dari ekspor diperkirakan tergantikan dengan menurunnya nilai tukar rupiah dan pertumbuhan impor.

"Impor juga akan terbantu oleh perampingan proses impor yang berkelanjutan," ujarnya di Energy Building, Jakarta, Selasa 27 Maret 2018.

Sanders juga mengatakan, Bank Dunia memproyeksikan neraca transaksi berjalan akan defisit sebesar 1,9 persen dari Pertumbuhan Domestik Bruto. Serta, tingkat inflasi Indonesia yang masih akan terkendali di kisaran 3,5 persen.

Selain itu untuk pertumbuhan konsumsi, kata dia, juga akan mengalami peningkatan seiring dengan adanya perhelatan pemilihan kepala daerah secara langsung yang diadakan tahun ini.

"Pengeluaran pada pemilu mendatang dan harga komoditas yang lebih baik, diperkirakan memberikan dorongan, yang berakibat peningkatan sedang dalam pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama dua tahun ke depan," jelasnya.

Dengan demikian, lanjut Sanders, agar Indonesia mampu mencapai pertumbuhan inklusif, Indonesia harus belanja dengan lebih baik lagi, dan membelanjakan lebih banyak di bidang-bidang prioritas, seperti berinvestasi dalam sumber daya manusia, atau meningkatkan konektivitas daerah-daerah terpencil.

"Keduanya, menurunkan ketimpangan dan mendorong pertumbuhan," ujarnya menambahkan.

Selain itu, Sanders juga mengatakan, kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah masih kurang berhasil dalam membagikan manfaat pertumbuhan secara lebih luas, di mana kesenjangan masih sangat besar.

Hal itu, lanjut dia, di buktikan dengan pajak dan belanja publik yang hanya menurunkan koefisien gini, atau angka ketimpangan Indonesia sebesar 0,04 poin dibandingkan dengan Afrika Selatan yang menurunkan sebesar 0,18 poin. (asp)